Kuala Lumpur/Manila, CNN Indonesia -- Tuan rumah Malaysia menolak mengkritik aksi Tiongkok di Laut Cina Selatan dalam pertemuan puncak para pemimpin ASEAN meski Filipina mendesak agar ASEAN mengecam proyek reklamasi Tiongkok di wilayah yang diperebutkan itu.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa bocoran salinan rancangan pernyataan akhir pertemuan yang akan dimulai pada Minggu (26,4) dari Perdana Menteri Malaysia Najib Razak hanya menyinggung ketegangan di perairan kaya energi itu dalam dua paragraf, tetapi tidak menyatakan keberpihakan pada negara-negara yang bertikai.
Dalam dua paragraf ini tidak disebut-sebut proyek reklamasi yang dilakukan Tiongkok di wilayah yang diperebutkan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Filipina Benigno Aquino sebelumnya mendesak para pemimpin Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara, ASEAN, untuk mengeluarkan pernyataan akhir bersama yang mengecam proyek reklamasi Tiongkok di perairan.
Malaysia yang menjadi tuan rumah pertemuan puncak ASEAN memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Tiongkok, dan secara tradisional selalu mengecilkan ketegangan di Laut Cina Selatan.
Rancangan pidato akhir Perdana Menteri Malaysia tersebut menekankan pentingnya “menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan rasa saling percaya dan percaya diri (dan) bersikap menahan diri dalam mengambil tindakan”.
Kantor Perdana Menteri Malaysia belum mengeluarkan pernyataan terkait masalah ini.
Tiongkok sebelumnya menegaskan bahwa ASEAN bukan pihak yang terlibat dalam perebutan wilayah Laut Cina Selatan ini.
Langkah Tiongkok di wilayah perairan ini menyebabkan perpecahan mendalam di antara 10 anggota ASEAN, dimana empat diantaranya menyatakan diri berhak atas wilayah perairan tersebut.
Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan dan ini bersinggungan dengan wilayah yang diklaim oleh Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan.
Pertikaian mengenai bagaimana menghadapi peran Tiongkok yang semakin aktif di perairan yang sangat strategis itu membuat masalah ini berpotensi sebagai ancaman terbesar bagi munculnya pertikaian militer di Asia Tenggara.
Gambar-gambar satelit yang baru-baru ini dirilis memperlihatkan bahwa Tiongkok telah membuat kemajuan besar dalam pembangunan landasan pacu pesawat di Kepulauan Spratly dan kemungkinan akan membangun landasan pacu pesawat tambahan.
Ini bukan kali pertama pertemuan puncak ASEAN tidak menyentuh masalah Laut Cina Selatan.
Kamboja yang menjadi tuan rumah pertemuan ini tiga tahun lalu menolak mencampuri aksi Tiongkok di perairan yang diperebutkan itu sehingga pertemuan puncak pun terhenti. Akibatnyau ntuk kali pertama dalam 45 tahun sejarah ASEAN, pertemuan puncak tidak mengeluarkan komunike bersama.
Berbeda dengan pertemuan di Kamboja tiga tahun lalu itu, pertemuan tahun ini tidak akan menghasilkan komunike akhir dan hanya akan ditutup dengan pidato dari Perdana Menteri Najib Razak.
 Klaim sepihak Tiongkok di sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan membuat AS dan Jepang memperkuat patroli di wilayah itu. (Reuters/US Navy) |
“Menurut saya ASEAN tidak boleh menghindari masalah ini karena akan terus muncul,” ujar pejabat kementerian luar negeri Filipina yang tidak mau disebutkan namanya.
“Sebelum kita membicarakan situasi di Timur Tengah, Libya dan Semenanjung Korea, mari kita bicarakan masalah ini lebih dahulu karena hal ini memberi dampak ke wilayah.”
Filipina dan Vietnam merupakan dua negara ASEAN yang paling menentang proyek reklamasi di Laut Cina Selatan yang dijalankan Tiongkok.
Para pemimpin kedua negara ini akan bertemu di sela-sela pertemuan ASEAN untuk membicarakan pembentukan pakta untuk memperkuat hubungan mereka dalam menghadapi klaim Tiongkok tersebut.
(yns)