Jakarta, CNN Indonesia -- Saat gempa sebesar 7,9 Skala Richter menghantam Nepal pada Sabtu (25/4) kemarin, ada rombongan dokter Indonesia yang sedang berada di sana. Rombongan itu terdiri dari satu orang pemandu dan empat orang dokter yang tergabung dalam Mapadok (Mahasiswa Pecinta Alam Kedokteran). Rombongan ini berangkat dari Jakarta 16 April lalu.
Para dokter ini lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Sementara pemandu rombongan tersebut adalah Cecilia Enny Yashita Aprijanti, istri dari Muhamad Gunawan alias Ogun,57, senior dari Wanadri. Sementara para dokter itu adalah dr Achmad Novel, dr Prabudi, dr Eko Prasetyo dan dr Meinard Mastoer.
“Semalam dia sudah bisa kontak. Aman, berada di Lobuche. Dia sudah bersama rombongannya,” kata Ogun saat dihubungi CNN Indonesia, Minggu (26/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ogun bercerita, empat dokter ini, dipandu istrinya hendak trakking dan berlibur di sana. Trakking itu rencananya akan dilakukan pada Sabtu kemarin, namun terpaksa batal karena gempa. Ogun menegaskan kembali bahwa istri beserta rombongannya dalam kondisi aman. Lobuche, papar dia, adalah sebuah desa terakhir sebelum base camp pertama di Everest.
Menurut Ogun, dari Lobuche, untuk ke Lukla, daerah terakhir di mana penerbangan bisa mencapai di wilayah Nepal, dibutuhkan 4-5 hari jalan kaki, satu-satunya transportasi. Dari sana, baru ada penerbangan ke Kathmandu. “Tapi saya yakin penerbangan juga penuh, karena gempa ini,” tukasnya. Ogun menyebut, istrinya dan para dokter ini berencana ke Kathmandu untuk memberikan bantuan medis di sana.
Ogun mengaku sudah beberapa kali ke Nepal. Dia menduga, dalam gempa Nepal ini akan cukup banyak orang Indonesia di sana. Pasalnya, kini sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Kathmandu. Selain itu, Ogun menyebut dirinya sudah dua kali mendaki Everest, pada tahun 1994 dan 1997. Pada tahun 1997, kurang 200 meter lagi dia mencapai puncak.
Kementerian Luar Negeri menurut Duta Besar Indonesia untuk Bangladesh yang merangkap Nepal, Iwan Wiranatha-atmadja saat dihubungi CNN Indonesia, Minggu (26/5) menyatakan ada sekitar 18 warga negara Indonesia yang berada di Nepal, dan sembilan diantaranya sudah bisa dihubungi, serta berada salam kondisi baik.
Ada 18 WNI yang terdaftar di KBRI, tapi jumlah itu tidak termasuk pengunjung. Sembilan sudah bisa dikontak dan dalam kondisi baik, tapi yang lain belum bisa dihubungi karena hubungan komunikasi sangat buruk," ujar Iwan.
Gempa mengguncang Nepal pada Sabtu (25/4) dengan kekuatan 7,9 SR, menyebabkan kerusakan parah, karena kedalaman gempa yang hanya 2 km.
Menteri Dalam Negeri Nepal mengatakan korban tewas sudah mencapai stidaknya 1.800 orang dan korban terluka lebih dari 4.000 orang. Jumlah ini ditakutkan akan terus meningkat.
Saat ini, menurut Iwan, hanya terdapat satu orang staf KBRI yang bertugas di Konsul Kehormatan RI di Kathmandu. "Sekarang juag sedang dilakukan pengecekan fisik langsung ke rumah-rumah, namun terkendala karena banyak yang rumahnya jauh sedang akses sedang sangat sulit," ungkap Iwan.
Bandara Nepal ditutup sejak gempa membuat staf KBRI yang berada di Dhaka, Bangladesh, tidak bisa berangkat ke Kathmandu. "Segera setelah bandara Kathmandu dibuka, staf KBRI di Bangladesh akan berangkat ke Nepal," kata Iwan.
Selain itu, KBRI juga melakukan pengecekan terhadap para pendaki ke Himalaya yang juga dilaporkan menjadi korban akibat gempa yang berdampak hingga ke wilayah itu. "Kami juga mendapat laporan ada lima delegasi dari lembaga World Vision (Indonesia) yang berada di Nepal dan sejauh ini mendapat kabar kalau mereka selamat," tutur Iwan.
Iwan sendiri saat ini masih berada di Indonesia setelah mendampingi para petinggi negara untuk menghadiri rangkaian peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika yang berlangsung pada 19-24 April di Jakarta dan Bandung. "Tadi malam baru mengantar delegasi negara, dan sekarang sedang menunggu tiket ke Bangladesh via Singapura. Jika bandara Kathmandu dibuka, kemungkinan akan berangkat juga ke Nepal," ucap Iwan.
Baca Fokus:
Gempa Bumi 7,9 Richter Landa Nepal (hel)