Cuaca Buruk Hambat Penyelamatan Pendaki Everest

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 26 Apr 2015 11:11 WIB
Gempa 7,9 SR mengguncang Nepal, menyebabkan salju longsor dan memerangkap para pendaki di Gunung Everest.
Bulan April adalah salah satu momen yang paling populer untuk mendaki puncak Everest yang memiliki ketinggian 8.850 meter dpl, sebelum hujan dan awan gelap mendominasi cuaca pada akhir Mei. (Phurba Tenjing Sherpa)
Kathmandu, CNN Indonesia -- Cuaca buruk menghambat upata penyelamatan ratusan pendaki yang terdampar di Gunung Everest pada Minggu (26/4), sehari setelah gempa bumi mengguncang Nepal yang ikut memicu longsoran salju Everest.

Sebuah tim pendaki gunung dari militer India menemukan 18 jenazah pada Sabtu (25/4), satu jam pertama setelah gempa, kata seorang juru bicara militer India.

Dua helikopter tidak dapat mencapai base camp Everest pada Minggu karena awan berat, menurut Ang Tshering Sherpa, presiden Asosiasi Pendaki Gunung Nepal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Begitu cuaca membaik dan visibilitas yang jelas, helikopter penyelamat akan terbang ke sana," katanya.

Longsoran salju menyapu turun dari puncak gunung, mengubur sebagian dari base camp yang menjadi lokasi pendaki berkumpul di dekat jalur utama menuju puncak di awal musim pendakian.

Pendaki John Reiter dari Amerika Serikat mengatakan puluhan orang menderita luka kritis di base camp Everest, banyak dari mereka cedera di bagian kepala. "Ini adalah 18 jam yang keras," katanya kepada CNN.

Kementerian Pariwisata Nepal hanya bisa mengkonfirmasi 10 kematian, namun juru bicara Gyanendra Shrestha mengatakan jumlah korban bisa meningkat.

Salah satu dari mereka yang tewas adalah Dan Fredinburg, seorang petinggi Google yang berbasis di California. Dia menderita cedera kepala ketika longsoran salju menerjang, menurut pernyataan dari perusahaan pendakian gunung yang telah membawanya ke base camp.

"Kami berdoa juga untuk semua orang yang telah kehilangan nyawa mereka di salah satu tragedi terbesar yang pernah memukul negara Himalaya ini," kata Jagged Globe.

Para pejabat kementerian pariwisata memperkirakan ada sedikitnya 1.000 pendaki, termasuk sekitar 400 orang asing, telah berada di base camp atau sedang mendaki ke puncak saat gempa terjadi.

Bulan April adalah salah satu momen yang paling populer untuk mendaki puncak Everest yang memiliki ketinggian 8.850 meter dpl, sebelum hujan dan awan gelap mendominasi cuaca pada akhir Mei. Tepat setahun lalu, longsoran salju menewaskan 16 pemandu Nepal.

Gempa berkekuatan 7,9 SR pada Sabtu adalah gempa terkuat yang pernah mengguncang Nepal dalam 81 tahun terakhir. Gempa juga terasa hingga negara tetangga; India, Tiongkok dan Bangladesh.

Pada Minggu pagi, pemerintah Nepal mengungkapkan korban tewas sudah mencapai setidaknya 1.800 orang.

Nick Farr, seorang pendaki gunung dari The Everest Academy Australia dan Trek Climb Ski Nepal, mengatakan upaya untuk mengetahui situasi di base camp juga terhalang oleh buruknya jaringan komunikasi setelah gempa.

"Tidak ada (informasi) yang diterima dari sana pada saat ini," katanya.

Steve Moffat, pemandu gunung dan konsultan petualangan dari Selandia Baru, mengatakan dua stafnya yang berkewarganegaraan Nepal tewas ketika longsoran salju menimpa base camp.

Sementara itu, 31 staf dan pendaki gunung, termasuk dua dari AS, lima dari Selandia Baru, dan satu dari Australia, Italia dan Islandia, terjebak di camp 1 yang posisinya jauh lebih tinggi, namun dalam kondisi selamat.

"Tahap pertama dan prioritas pertama adalah untuk membawa mereka kembali ke base camp. Kami tidak tahu apakah mungkin untuk membawa mereka turun dan keluar melalui Khumbu Icefall atau apakah kami perlu mengirim helikopter untuk (menjemput) mereka," kata Moffat dari Selandia Baru. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER