Filipina Serukan ASEAN Desak Tiongkok Hentikan Reklamasi

Ike Agestu/Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 26 Apr 2015 14:36 WIB
Filipina mendesak negara-negara ASEAN untuk mendesak Tiongkok menghentikan reklamasi di Laut China Selatan yang jadi sumber sengketa.
Tiongkok mengklaim 90 persen wilayah Laut China Selatan dengan sembilan garis putus-putus (9 dash-line). (Wikipedia/U.S. Central Intelligence Agency)
Jakarta, CNN Indonesia -- Filipina menyerukan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara untuk mendorong Tiongkok agar menghentikan reklamasi di wilayah Laut China Selatan yang jadi sumber sengketa dalam pertemuan KTT ASEAN.

Tiongkok mengklaim 90 persen wilayah Laut China Selatan yang kaya minyak dan gas, namun klaim yang sama juga dimiliki oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan yang menganggap beberapa area Laut China Selatan merupakan zona eksklusif ekonomi mereka.

Sebuah citra satelit terbaru yang dirilis beberapa waktu lalu menunjukkan Tiongkok secara pesat telah mereklamasi wilayah karang dan membangun landasan udara yang bisa digunakan untu keperluan militer di kepulauan Spratly yang jadi rebutan Tiongkok dan Filipina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pidatonya pada pertemuan 10 anggota ASEAN, Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario tidak menyebutkan nama Tiongkok secara langsung, namun mengatakan "tetangga utara" yang dengan cepat melaju melakukan reklamasi besar-besaran.

"Apakah ini bukan waktunya bagi ASEAN untuk mengatakan kepada tetangga utara kita bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan bahwa reklamasi besar harus segera dihentikan?" ujar Rosario.

Para menteri luar negeri bertemu menjelang pembukaan resmi KTT 10 negara ASEAN di Kuala Lumpur, pada Senin (27/4).

Rosario mengatakan reklamasi kemungkinan akan selesai sebelum Tiongkok menyetujui Code of Conduct (CoC) yang akan dibuat untuk perkara Laut China Selatan.

Sekretaris Jenderal ASEAN, Le Luong Minh, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa ia telah sangat mendesak ASEAN dan Tiongkok untuk menyimpulkan kode etik itu lebih awal.

"Dalam konteks kesenjangan yang semakin besar antara jalur diplomatik dan situasi di laut, sangat mendesak sekarang bagi ASEAN dan Tiongkok untuk cepat menyimpulkan CoC, yang harus menjadi instrumen yang mengikat secara hukum dan instrumen yang dapat mencegah insiden seperti itu, "katanya.

Tapi tuan rumah KTT ASEAN, Malaysia, tampaknya cenderung menghindari mengkritik Tiongkok yang merupakan mitra dagang terbesarnya.

Sengketa wilayah Laut China Selatan telah lama menjadi isu sensitif di negara-negara ASEAN, dan dikhawatirkan akan menjadi sumber konflik lebih lanjut. Tahun ini, Tiongkok berencana melipatgandakan anggaran belanja militernya, membuat negara-negara yang berpotensi konflik dengan negara tirai bambu itu makin gusar. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER