Washington, CNN Indonesia -- Presiden Barack Obama mengatakan Washington akan membantu negara sekutu di Teluk menghadapi serangan militer konvensional, tetapi juga mendorong mereka untuk membela diri sendiri dari serangan non-konvensional seperti aksi Iran di wilayah.
Barack Obama yang diwawancarai oleh stasiun televisi
al-Arabiya setelah pertemuan puncak dengan para pemimpin Teluk Arab yang digambarkannya sebagai “terbuka dan jujur”, menegaskan kembali keraguan untuk mengambil aksi sepihak di luar negeri.
Obama mengatakan perang saudara Suriah “mungkin tidak” akan berakhir ketika masa jabatannya selseai, dia menggambarkan situasi di sana memilukan tetapi menambahkan bahwa Washington tidak bisa bertindak sendirian untuk menghentikan konflik itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak anggota Dewan Kerjasama Teluk, GCC, yang mengkritik perilaku yang dipandang sebagai pendekatan ragu-ragu Obama terhadap perang di Suriah dimana Presiden Bashar al-Assad didukung oleh Iran.
Obama mengatakan dia berupaya meyakinkan negara-negara Teluk yang khawatir dengan upaya mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran, dengan menyatakan bahwa Tehran harus “bekerja keras mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat internasional” dengan menerima syarat pengawasan ketat terhadap proyek nuklirnya.
“Alternatif lain adalah tidak mengetahui apa yang terjadi di Iran, dan menurut saya hal itu lebih berbahaya bagi semua pihak di wilayah,” ujarnya.
Amerika Serikat dan lima negara adidaya mencoba mencapai kesepakatan akhir dengan Iran terkait pengendalian program nukoir pada 30 Juni.
Dalam komunike bersama, GCC sepakat bahwa kesepakatan “luas dan bisa diverifikasi” dengan Tehran akan menguntungkan mereka.
Obama mengatakan militer AS akan membantu negara-negara Teluk Arab dalam melawan ancaman senjata konvensional seperti invasi Irak ke Kuwait pada 1990.
Tetapi jika menghadapi ancaman non-tradisional, Washington akan bekerja sama dengan negara-negara Arab dalam meningkatkan kemampuan pasukan khusus, dinas intelijen dan keahlian menghentikan penyelundupan senjata.
Dia mengisyaratkan bahwa kekhawatiran terkait ancaman non-tradisional ini merujuk pada Iran. “Ketika kita membicarakan pentingnya memiliki kemampuan bersama dalam menghadapki kegiatan yang membuat wilayah tidak stabil dan konflik, sebagian dikaitkan langsung dengan Iran,” katanya.
“Salah satu hal yang saya katakan dalam pertemuan puncak…seringkali di wilayah Timur Tengah, orang menyalahkan segalanya pada Amerika Serikat,” katanya sambil menambahkan bahwa dia “bersikap terbuka dengan para pemimpin GCC…Amerika Serikat pada akhirnya hanya akan bisa bekerja melalui negara-negara Arab yang juga bekerja keras mengatasi masalah-masalah ini.
Obama menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak menembakkan rudal ke Presiden Bashar al-Assad pada 2013 karena pemerintah negara itu telah menyerahkan persediaan senjata kimia.
 Barack Obama bertemu putera mahkota Arab Saudi untuk meyakinkan dukungan AS terhadap negara-negara Teluk. (Reuters/Kevin Lamarque) |
Pada 2013, Amerika Serikat mengancam akan melakukan intervensi militer ke Suriah setelah terjadi serangan gas sarin pada Agustus tahun itu yang menewaskan ratusan warga kota Ghouta yang dikuasai oleh pemberontak.
Damaskus menyangkal mempergunakan sarin atau senjata kimia lain dalam perang saudara yang terjadi di negara itu.
Pada 8 Mei tahun ini, sumber-sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters bahwa para pemeriksa internasional menemukan keberadaan sarin dan zat syaraf VX di satu lokasi penelitian militer di Suriah yang tidak pernah didaftarkan pada badan pengawas senjata kimia global.
Para diplomat dan pengamat mengatakan penemuan zat VX dan sarin ini mendukung tudingan pemerintah Barat bahwa Assad masih memiliki senjata kimia, atau belum mengemukakan dengan penuh persenjataan kimia negara itu kepada OPCW.
(yns)