Dubes Burhan, Diplomat yang Siap Hadapi Segala Tantangan

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2015 10:34 WIB
Ketika ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Pakistan pada 2012 lalu, Burhan Muhammad mengaku siap menghadapi segala tantangan.
Dubes RI untuk Pakistan, Burhan Muhammad wafat pada Selasa (19/5) akibat luka bakar yang dideritanya setelah mengalami kecelakaan helikopter di Lembah Naltar, dalam rangka memenuhi undangan acara Kementerian Luar Negeri Pakistan di wilayah Gilgit- Baltistan awal Mei lalu. (Dok. Badan Intelijen Negara)
Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar Indonesia untuk Pakistan, Burhan Muhammad menghembuskan nafas terakhir pada Selasa (19/5) dini hari di usia 58 tahun, setelah menjalani perawatan intensif di Singapura selama delapan hari karena menderita luka bakar akibat kecelakaan helikopter di Pakistan awal Mei lalu.

Burhan lahir di Yogyakarta pada 3 Agustus 1957. Lulus dari jurusan Hubungan Internasional Universitas Gajah Mada pada 1983, Burhan mulai meniti karier di Badan Intelijen Negara (BIN).

Burhan menyelesaikan program Master di bidang Hubungan Internasional pada tahun 1993 di Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di BIN, karir Burhan terus meningkat, hingga sempat menduduki sejumlah posisi penting, seperti Deputi Luar Negeri dan Deputi Analisa BIN hingga tahun 2012.

Burhan dikenal sebagai pejabat yang sangat berpengalaman di dunia intelijen. Dalam situs resmi BIN yang ditulis pada 30 Agustus 2012, Burhan sempat menuturkan bahwa dia menikmati waktunya bekerja di BIN selama tujuh tahun di bawah pimpinan mantan Kepala BIN Syamsir Siregar.

"Beliau diangkat sebagai duta besar RI di Pakistan sejak menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada pemerintah Pakistan pada tanggal 12 November 2012," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Selasa (19/5).

Siap menerima segala tantangan

Dalam situs BIN tersebut, Burhan menuturkan bahwa dirinya siap melepaskan karirnya di BIN untuk bertugas menjadi Duta Besar Indonesia di Pakistan. Menurutnya, menjadi dubes di Pakistan merupakan pekerjaan yang menantang.

"Saya sudah siap, sehingga segala tantangan pekerjaan saya terima. Whatever saya sudah ditunjuk untuk menjadi calon Duta Besar RI di Pakistan. Ini kehormatan bagi saya dipilih oleh Presiden sendiri, untuk ditempatkan di negara yang banyak tantangan. Bukan di negara yang saya bisa tidur tiap hari. Insya Allah, semua pekerjaan akan dikerjakan sebaik-baiknya. I do the best," ujar Burhan kala itu, dikutip dari situs BIN.

Burhan juga sempat menyatakan keinginannya untuk kembali bekerja di BIN jika masa baktinya sebagai duta besar di Pakistan telah usai.

"Kalau saya ditugaskan sebagai duta besar tiga tahun, maka waktu saya balik masih belum pensiun. Kalau di militer, old soldier never dies. Jargonnya intelijen, intelijen tidak pernah pensiun," kata Burhan.

Diplomat yang andal

Bertugas mewakili diplomatik Indonesia di Pakistan, Burhan sebagai diplomat yang andal dan dekat dengan berbagai pihak.

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal mengaku dekat dengan sosok Burhan ketika almarhum masih bekerja sebagai Deputi I BIN urusan luar negeri.

"Setiap pejabat sipil dan militer yang saya hubungi di Pakistan mengaku memiliki hubungan atau kenangan pribadi dengan beliau. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang diplomat andal dan dekat dengan semua pihak," ujar Iqbal, melalui pesan singkat yang diterima CNN Indoensia, Selasa (19/5).

Nahas, Burhan wafat pada Selasa (19/5) akibat luka bakar yang dideritanya setelah mengalami kecelakaan helikopter di Lembah Naltar, dalam rangka memenuhi undangan acara Kementerian Luar Negeri Pakistan di wilayah Gilgit- Baltistan 8 Mei lalu. 

"Kemlu RI telah kehilangan salah satu diplomat terbaiknya, duta besar Burhan Muhammad yang menutup usia pd tgl 19 Mei 2015 pukul 00.50 waktu setempat di General Hospital Singapore, pada usia 58 tahun," ujar Menlu Retno, Selasa (19/5).

Istri Burhan, Hery Listyawati, yang turut menumpang helikopter tersebut, tewas di lokasi kecelakaan. Hery dimakamkan di Yogyakarta pada Kamis (14/5). Pemerintah Pakistan memberikan penghargaan "Sitara-e-Pakistan” atas jasa-jasa dan kontribusi Almarhumah yang telah mendekatkan hubungan kerja sama bilateral Indonesia dan Pakistan.

Burhan dan istrinya meninggalkan dua putra. Putra sulung Burhan, Fitra Amrullah merupakan mahasiswa semester II Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara putra bungsu, Yoga Sulistyo Burhan, 17, bersekolah tingkat SMA di Pakistan. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER