Bangkok, CNN Indonesia -- Pemerintah Thailand akan mengizinkan pesawat mata-mata Amerika Serikat untuk terbang di perairan mereka demi mencari kapal pengungsi Rohingya dan Bangladesh di laut. Diduga, masih lebih dari 2.000 pengungsi yang terkatung di lautan.
Diberitakan Reuters, Jumat (29/5), keputusan ini Thailand ini sesuai dengan permintaan Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Anne Richard, untuk menurunkan pesawat demi misi pencarian kapal pengungsi. Izin ini dikeluarkan di tengah pertemuan 17 negara di Bangkok membahas nasib para pengungsi.
"Iya, kami mengizinkannya, mulai hari ini," kata Wakil Perdana Menteri Thailand Tanasak Patimapragorn pada Reuters di sela-sela pertemuan yang juga dihadiri delegasi asal Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini terdapat lebih dari 3.000 pengungsi Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di Indonesia dan Malaysia sejak Thailand melakukan pemberantasan terhadap perdagangan manusia bulan ini. PBB mengatakan, ada sekitar 2.600 pengungsi yang masih terkatung di lautan dalam lebih dari tujuh kapal.
Perwakilan AS dalam pertemuan tersebut mengatakan bahwa yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan nyawa para pengungsi di lautan. Seperti pengakuan beberapa warga Rohingya yang saat ini berada di Aceh, mereka terancam kelaparan dan konflik antarpengungsi saat berada di laut.
"Kita harus menyelamatkan nyawa secepatnya," kata Richard.
Sebanyak 17 negara hadir, di antaranya adalah anggota ASEAN, Asia, Amerika Serikat, Swiss, dan badan internasional seperti UNHCR. Pemerintah Thailand menyerukan kerja sama bersama dalam mengatasi masalah ini.
Patimapragon memaparkan tiga tujuan pertemuan tersebut, yaitu mengumpulkan bantuan kemanusiaan, mengatasi penyelundupan manusia, dan terakhir adalah mengatasi akar permasalahan.
"Lebih dari pada itu, kita harus memfokuskan upaya semua negara. Perlu kerja sama Thailand dan internasional untuk mengatasi permasalahan ini dengan komprehensif," ujar Patimapragon.
(den)