Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa pekan terakhir, publik Korea Selatan dikejutkan dengan penyebaran virus MERS yang telah memakan korban jiwa hingga tujuh orang, menjangkiti hampir 100 orang, dan menyebabkan ribuan orang dikarantina. Tak hanya di Korea Selatan, virus MERS juga masih menyebar dengan cepat di negara asalnya, Arab Saudi.
Pertama kali muncul di Arab Saudi tahun 2012, virus
Middle East Respiratory Syndrome, atau MERS, disebabkan oleh
coronavirus yang berasal dari famili yang sama seperti virus S
evere Acute Respiratory Syndrome, atau SARS.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menunjukkan terdapat lima kasus penjangkitan MERS baru dalam periode 1 hingga 4 Juni 2015 di Arab Saudi. Kasus ini menambah daftar panjang penjangkitan virus mematikan ini, yaitu sebanyak 1.195 kasus dengan setidaknya 448 kematian, sejak September 2012.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman resmi WHO, lima kasus MERS baru tersebut menjangkiti lima pria dengan usia termuda 45 tahun, dan usia tertua 64 tahun. Satu orang di antaranya tewas pada 2 Juni lalu, seorang lainnya dikarantina di rumah, seorang lainnya kritis, dan dua orang lainnya dalam kondisi stabil.
Saat ini, penelusuran jejak penjangkitan masih terus dilakukan pihak berwenang di Arab Saudi.
Kurang komunikasiPada 2013, pemerintah Arab Saudi dikritik secara keras oleh para peneliti international soal kurangnya komunikasi dan kordinasi antara pemerintah Arab Saudi dengan lembaga-lembaga terkait untuk menanggulangi MERS.
Terkait hal ini, pemerintah Arab Saudi kemudian memberhentikan Wakil Kementerian Kesehatan Ziad Memish yang menjadi tokoh kunci dalam menekan penyebaran MERS.
Dikutip dari Newsweek, Memish dinilai enggan bekerja sama dengan sejumlah pakar spesialis laboratorium yang menawarkan bantuan penyelidikian sumber MERS dan mengeksplorasi cara MERS menyebar.
Wawancara khusus dengan sejumlah pakar virus yang dimuat dalam Laporan Khusus Reuters, disebutkan bahwa para pakar menilai jumlah infeksi dan kematian akibat MERS yang terus meningkat seharusnya bisa ditekan pada tahun kedua sejak virus ini pertama kali muncul.
Hal ini dapat terjadi seandainya pemerintah Saudi lebih terbuka terhadap bantuan dari luar yang ditawarkan oleh sejumlah pakar dunia yang memiliki teknologi dan kemauan untuk melakukan studi ilmiah tentang MERS.
Memish sendiri merupakan pejabat senior Kementerian Kesehatan Saudi ke dua yang dipecat dan dianggap gagal menekan penyebaran MERS. Pemecatan Memish terjadi hanya enam pekan setelah menteri kesehatan sebelumnya, Abdullah al-Rabeeah dipecat dengan alasan serupa.
Berasal dari kelelawarPada September 2012, pakar virus Ron Fouchier memprediksi virus ini pertama kali ditemukan pada kelelawar, dan diperkirakan telah menjangkiti unta sejak setidaknya 20 tahun lalu. Namun, penularan virus ini dari manusia ke manusia ditemukan sejak tahun 2012, oleh pakar virus Dr. Ali Mohamed Zaki.
Zaki lalu dilaporkan berbagi sampel virus ini ke Fouchier, yang kemudian mempatenkan penemuannya atas MERS. Hal ini menyebabkan kemarahan di kalangan pejabat Saudi, dan Zaki pun diberhentikan dari posisinya di rumah sakit di Saudi.
Persoalan paten ini yang kemudian dinilai menghambat penelitian virus MERS. Pasalnya, peneliti yang telah mematenkan penemuannya tidak memperbolehkan peneliti lain untuk menggunakan materi yang telah dipantenkan tersebut.
Perkembangan terbaru soal virus MERS adalah upaya memetakan penyebaran virus mematikan ini. Pada 2 Mei 2014, dirilis sebuah aplikasi bernama
Corona Map yang memetakan kasus penjangkitan MERS di seluruh dunia.
(ama/ama)