Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar seratus warga Afrika tidur di bebatuan yang menghadap ke pantai Italia, setelah mereka ditolak masuk ke perbatasan Perancis. Kini, Roma dan Paris berdebat soal siapa yang harus menangani gelombang eksodus imigran yang mendarat di Italia.
Sejak lama, Italia telah mengatakan tidak bisa mengatasi persoalan imigran dengan Yunani saja, hanya karena negara mereka adalah titik terdekat dari Afrika.
Menteri Dalam Negeri Italia, Angelino Alfano, mengatakan bahwa keberadaan 100 imigran di perbatasan Perancis tersebut sebagai “sebuah pukulan untuk semua negara Eropa yang mau menutup mata mereka.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di lain pihak, Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve bersikeras untuk terus menolak para imigran, sementara Italia harus mengikuti regulasi Dublin Uni Eropa yang memutuskan para pencari suaka harus menetap di negara pertama yang mereka masuki sampai aplikasi mereka diproses.
"Mereka tidak memiliki hak untuk masuk (ke Perancis) dan harus ditangani oleh Italia," ujar Bernard kepada BFM TV, Senin (15/6).
Dia mengatakan sekitar 15 ribu imigran sudah ditolak masuk ke wilayah Perancis pada 2014, dan ia telah memerintahkan para petugas keamanan di perbatasan untuk melakukan kontrol lebih ketat terhadap para pencari suaka.
"Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan adanya sambutan bagi mereka yang mencari suaka politik,” tuturnya.
Di dalam negeri, banyak negara-negara Eropa berada di bawah tekanan dari partai-partai yang anti-imigran.
Perdana Menteri Italia, Matteo Renzim, yang partainya dikalahkan Partai Liga Utara yang anti-imigran di pemilihan kepala daerah bulan lalu, menyerukan perubahan peraturan terkait imigrasi.
Dia berargumen bahwa setelah menumbangkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada 2011, masyarakat internasional bertanggung jawab pada gelombang imigran yang telah menyeberang ke Italia. Tahun lalu saja, sekitar 170 ribu pengungsi sudah masuk ke Italia.
Setelah mendengar pernyataan dari Bernard, Renzim menyatakan Eropa harus berkerjasama dan bersatu untuk menyelesaikan persoalan imigran.
"Jika Eropa ingin menjadi Eropa, isu ini harus dianggap sebagai masalah tunggal, yang berarti adalah masalah bersama. Jika isu ini hanya menjadi masalah Italia karena Eropa menutup matanya, maka kasus ini bukan saja kekalahan dari Italia, akan tetapi seluruh Eropa," tutur Renzim.
Matteo akan kembali mengangkat persoalan imigran saat bertemu dengan Presiden Perancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Inggris David Cameron yang dijadwalkan mengunjungi Italia minggu ini.
(stu)