Mantan Politikus Rusia Mengaku Diteror ala KGB

Ranny Utami | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jun 2015 16:37 WIB
Mantan politikus yang juga merupakan pengusaha Rusia mengaku mendapat ancaman teror ala KGB dari rezim pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Mantan politikus yang juga merupakan pengusaha Rusia mengaku mendapat ancaman teror pembunuhan ala KGB dari rezim pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Visuals editor)
London, CNN Indonesia -- Seorang pengusaha asal Rusia menuduh Kremlin telah berencana melakukan pembunuhan terhadap dirinya di Inggris setelah melihat dua benda yang diduga bom berada di bawah mobilnya.

Sergei Pugachev, 52 tahun, mengklaim bahwa dirinya menjadi target pembunuhan ala Badan Intelijen Uni Soviet atau KGB.

Benda yang dicurigai bom ini ditemukan setelah personil keamanan Pugachev menyadari bahwa mereka sedang diikuti. Petugas pun kemudian melaporkan benda mencurigakan tersebut ke kantor polisi Belgravia di London pada 19 Mei lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanggung jawab ini mundur ke belakang lantaran menggunakan metode ala KGB yang seharusnya sudah ditinggalkan sejak dulu," ujar Pugachev dalam sebuah pernyataan, Senin (29/6), dikutip dari Mirror.

"Jika ini terjadi kepada saya di luar Rusia, maka bayangkan apa yang dapat terjadi di Rusia. Taktik intimidasi ini mendukung apa yang dituduhkan kepada saya," ujarnya.

Saat ini, Pugachev berada dalam pengawasan 24 jam petugas kepolisian. Mantan senator Rusia yang juga disebut-sebut sebagai 'bankir Putin' ini sekarang tinggal di sebuah rumah perlindungan di Inggris.

Pugachev tinggal bersama istrinya yang berkewarganegaraan Inggris sekaligus mantan penyiar berita BBC, Alexandra Tolstoy, 41 tahun, dan ketiga anak mereka.

"Saya khawatir dengan keamanan keluarga saya yang juga menjadi target," ujar Pugachev.

Pugachev menilai ancaman teror ini adalah balasan dari pemerintah Rusia yang tidak berhasil mengekstradisi dirinya kembali ke negara beruang merah tersebut.

Pugachev yang dituduh mengalirkan ratusan juta pound sterling uang negara ke kantongnya sendiri pada saat krisis ekonomi 2008 mendapat perlindungan di Inggris sehingga terbebas dari proses hukum di Rusia.

Pada awal Juni lalu, Komite Investigasi Rusia secara resmi meminta Inggris untuk mengekstradisi Pugachev agar dapat diproses hukum.

"Saya melihat suatu hal yang paling saya takuti menjadi kenyataan di depan mata saya. Kesempatan di mana aparat keamanan Putin akan membunuh keluarga saya saat ini terasa begitu nyata. Saya perlu memastikan bahwa keluarga saya akan baik-baik saja," ujar istri Pugachev yang juga masih memiliki hubungan darah dengan penyair Rusia kenamaan, Leo Tolstoy.

Berdasarkan hasil penyidikan petugas likuidasi Rusia diketahui bahwa Mezhprombank, salah satu bank swasta terbesar di Rusia yang didirikan oleh Pugachev pada 1992, menerima aliran uang sebesar 665 juta pound sterling atau sekitar Rp13,9 triliun dari bank sentral Rusia selama krisis ekonomi 2008.

Petugas likuidasi pun menuduh Pugachev menyedot uang tersebut dan mengalirkannya ke akun bank asing lain. Selain itu, Pugachev juga dituduh membuat 180 pinjaman kepada perusahaan senjata yang ia kelola.

Sebelumnya, Alexander Litvienko, mantan anggota intelijen Rusia, dilaporkan tewas akibat diracun dengan zat polonium di London pada 2006. Istrinya, Marina, menuduh Putin yang telah menyebabkan kematian suaminya yang bekerja kepada Badan Intelijen Inggris, MI6 dan MI5. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER