London, CNN Indonesia -- Dua orang pelajar di Inggris merencanakan serangkaian serangan teroris, salah satunya adalah pengeboman Istana Buckingham. Aksi ini tidak terlaksana berkat pengaduan orangtua.
Diberitakan The Independent, kedua remaja berusia 16 tahun itu mengakui semua tuduhan yang dialamatkan pada mereka di pengadilan Newcastle Crown Court, Senin (22/6).
Keduanya ditangkap tahun lalu saat berusia 15 tahun setelah terbukti merencanakan mengebom Istana Buckingham, Gedung Parlemen dan sekolah setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka belajar membuat bom dari buku berjudul Anarchist’s Cookbook. Untuk membuatnya, kedua remaja yang tidak disebut namanya ini telah mengumpulkan bahan kimia, pipa dan kabel.
Ibu dari salah satu tersangka mendapati barang-barang tersebut di kamar anaknya dan langsung menelepon polisi.
Tidak hanya merencanakan pengeboman, penyelidikan juga menemukan bahwa kedua tersangka sempat berbicara melalui Skype soal pembunuhan orangtua, memenggal orang sambil merekamnya, bunuh diri dan bermimpi menjadi buronan.
Dalam percakapan itu, keduanya berencana menjual narkoba untuk membeli bahan-bahan peledak dan senjata api.
"Salah seorang tersangka ingin mengakhiri hidupnya, bunuh diri menjadi pilihannya, tapi dia juga mengaku senang jika harus bersama tersangka lainnya membunuh orang-orang dan menjadikan peristiwa itu sesuatu untuk dikenang," ujar pengadilan.
Mereka tertangkap Desember lalu setelah mendapatkan laporan dari salah satu orangtua. Dalam perjalanan ke kantor polisi, tersangka terus bernyanyi dan mengatakan "tidak akan menyerah."
Salah satu pengacara pemuda itu dalam pembelaannya mengatakan bahwa mereka mengalami masalah kejiwaan saat tertangkap.
Orangtua salah satu tersangka menyebut putranya sebagai anak yang pendiam, dan kawan sekolahnya mengatakan bahwa dia mengonsumsi narkoba. Sementara tersangka lainnya punya kecenderungan bunuh diri.
(den)