London, CNN Indonesia -- Asma baru berumur 10 tahun ketika orang tuanya, yang bermigrasi dari Pakistan ke Inggris, mulai memintanya untuk segera menikah.
Sejak saat itu belajar memasak, membersihkan rumah dan menjadi istri yang baik, menjadi hal yang lebih penting untuk dilakukan Asma ketimbang prestasinya di sekolah.
Tidak hanya itu, Asma juga dilarang mengendarai sepeda, menonton film di bioskop dan mengenakan baju-baju ala Barat, yang dianggap dapat mencemarkan nama baik keluarganya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tinggal di Inggris tapi merasa seperti di Pakistan," kata Asma seperti yang dilansir
Reuters pada Selasa (14/7).
Asma kerap menghindari acara perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya. Saat ini Asma sudah berusia hampir 30 tahun.
Asma dan ribuan wanita di daratan Inggris lainnya harus mengalami peristiwa tersebut setiap tahunnya. Tidak hanya fisik yang tersiksa, batin gadis-gadis muda itu pun lelah, karena mereka tidak memiliki kebebasan seperti gadis-gadis lainnya di muka bumi ini.
Sepanjang 2010 hingga 2014, lebih dari 11.700 kasus seperti itu dilaporkan ke pihak kepolisan, seperti yang dikatakan oleh organisasi kesetaraan hak wanita, Kurdish Women's Rights Organisation (IKWRO), yang berbasis di London.
Jika para wanita telah dianggap mencemarkan nama baik keluarga, sejumlah penyiksaan sering terjadi antara lain pemukulan, mutilasi alat kelamin hingga yang paling parah adalah dibunuh.
Secara global, lebih dari 5.000 wanita tewas setiap tahunnya setelah dibunuh atas nama pencemaran nama baik keluarga.
Dikatakan oleh organisasi kesetaraan hak wanita lainnya, Karma Nirvana, angka penyiksaan sebenarnya lebih tinggi, namun banyak korban yang enggan melaporkan peristiwa yang dialaminya.
"Banyak orang yang masih berada di bawah ancaman untuk tidak mencemarkan nama baik keluarga dengan diharuskan melakukan hal-hal yang tidak masuk akal," kata perwakilan Karma Nirvana, Jasvinder Sanghera.
"Sejauh ini saya mendengar kalau korban enggan melapor karena takut tidak ada orang yang mau mendengarkan mereka," lanjut Sanghera.
Karma Nirvana saat ini tengah meluncurkan kampanye perlindungan hak asasi wanita yang terancam dengan masalah tersebut.
Mereka memilih tanggal 14 Juli sebagai hari dimulainya kampanye, karena bertepatan dengan hari ulang tahun Shafilea Ahmed, gadis berusia 17 tahun yang dibunuh orang tuanya di hadapan saudaranya pada 2003. Shafilea dibunuh ayah dan ibunya dengan cara dicekik.
Karen Bradley, pejabat kementerian di Inggris yang mengurusi masalah pelecehan, penyiksaan dan eksploitasi, mengatakan kalau pemerintah Inggris saat ini tengah menyusun kebijakan untuk mencegah terulangnya peristiwa tersebut.
"Tidak ada pihak yang boleh memaksa seorang wanita untuk menikah, apalagi dengan melakukan penyiksan fisik dan batin," kata Bradley.
"Setiap wanita berhak menjalani kehidupannya, memakai baju yang disuka dan berteman dengan siapa pun," lanjut Bradley.
(ard/ard)