Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Inggris mengeluarkan peringatan kepada warganya yang masih berlibur di Tunisia untuk segera meninggalkan negara itu. Peringatan ini dirilis pasca serangan penembakan di hotel tepi pantai di Tunisia bulan lalu yang menewaskan 38 orang, 30 di antaranya adalah warga Inggris.
"Sejak serangan di Sousse, ancaman intelijen semakin meningkat, sehingga serangan teror nampaknya akan sangat mungkin terjadi," bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Inggris, dikutip dari Al-Arabiya, Kamis (9/7).
Pemerintah Inggris juga menyarankan agar warga Inggris tidak melakukan perjalan ke Tunisia dalam waktu dekat ini, jika memang tidak diperlukan.(
Baca juga: Foto Serangan Teror Global Digunakan untuk Dukung Tunisia)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kementerian Luar Negeri menyarankan jika Anda berada di Tunisia dan Anda tidak memiliki keperluan mendesak untuk tetap berada di sana, Anda sebaiknya meninggalkan (negara itu) dengan pesawat komersial," bunyi pernyataan tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond, menyatakan bahwa para pejabat "belum mengambil keputusan terkait hal ini namun keselamatan warga negara akan selalu menjadi prioritas utama kami."
Terkait tentang langkah otoritas Tunisia untuk membendung teroris, Kemenlu Inggris menilai "banyak yang perlu mereka lakukan untuk secara efektif melindungi wisatawan dari ancaman teroris."
Sebelumnya, pada akhir Juni lalu, juru bicara Kantor Luar Negeri Inggris menyatakan bahwa mereka tidak akan memperingatkan warganya untuk tidak berkunjung ke Tunisia.
Namun, peringatan perjalanan ke Tunisia ini dikeluarkan Inggris berdasarkan kepada "informasi intelijen terbaru," menurut sumber yang enggan disebutkan namanya.
Pendapatan Tunisia sangat bergantung pada sektor pariwisata yang sebelumnya menjadi magnet bagi wisatawan asing dari Eropa. Diperkirakan, ratusan ribu wisatawan Inggris mengunjungi negara itu setiap tahun.
Peringatan perjalanan dari Inggris ini diperkirakan akan memukul sektor industri wisata Tunisia, yang diperkirakan akan kehilangan setidaknya US$515 juta atau sekitar Rp6,6 triliun. Jumlah tersebut merupakan seperempat dari pendapatan total pariwisata tahunan Tunisia.
(
Baca juga: Sektor Wisata Tunisia Kehilangan Rp6,6 Triliun Pasca Serangan)
Pemerintah Tunisia berencana untuk menghentikan pajak pengunjung dan mempertimbangkan penghapusan utang bagi operator hotel sebagai cara untuk membantu mempertahankan sektor industri wisata.
Saat ini, diperkirakan 2.500-3.000 wisatawan Inggris masih berada di Tunisia untuk berlibur. Dalam peringatan tersebut, wisatawan Inggris disarankan menghubungi agen perjalanan mereka di Tunisia untuk menjadwalkan kepulangan mereka.
Serangan penembakan di The RIU Imperial Marhaba Hotel terjadi hanya beberapa bulan setelah serangan di Museum Bardo di ibu kota Tunis yang menewaskan 21 orang. Dua serangan mendadak yang menewaskan banyak orang dalam kurun waktu tak sampai setahun ini tentu saja memukul sektor pariwisata negara ini.
Sang pelaku penyerangan yang diidentifikasi sebagai Saif Rezgui, seorang mahasiswa teknik elektro berusia 23 tahun, pernah pengikuti pelatihan di kamp jihad di Libya dan diduga merupakan anggota kelompok militan ISIS.
(ama/stu)