Jakarta, CNN Indonesia -- Umat Muslim minoritas Uighur merayakan Idul Fitri pada Jumat (17/7) di tengah kecamuk perselisihan etnis di Xinjiang, China.
Dilaporkan Channel NewsAsia, pekan ini saja petugas kepolisian setempat telah menembak mati tiga warga Muslim Uighur di Shenyang, yang diduga merupakan anggota kelompok teroris yang menyerang polisi dengan pisau ketika polisi mencoba membekuk mereka.
Pada Jumat (17/7) atau tanggal 1 Syawal dalam penanggalan Islam, keamanan siaga tinggi dilakukan di sejumlah lokasi yang menjadi tempat berkumpulnya warga Muslim Uighur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mobil patroli polisi berjajar di persimpangan Muslim Street di Shanghai, yang dipenuhi dengan puluhan warung makanan yang menjajakan masakan khas etnis Uighur.
(
Baca juga: China Paksa PNS Xinjiang Bersumpah Tidak Puasa Ramadan)
Hampir semua pemilik warung makanan di jalan ini berasal dari Xinjiang, yang mengaku pindah ke Shanghai untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Mehmet, misalnya, Salah satu pemilik toko di jalan ini mengaku pindah ke Shanghai 18 tahun yang lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik sebagai penjual kismis.
Diskriminasi etnis Muslim Uighur di China terus berlanjut pasca deportasi 100 warga Uighur dari Thailand ke China beberapa pekan lalu. Langkah Thailand ini menuai protes besar dari para aktivis hak asasi manusia di Turki.
(Baca juga: Festival Bir Saat Ramadan Undang Amarah Umat Muslim di China)Namun, China memuji langkah Thailand dengan menyatakan ratusan orang tersebut merupakan penyelundup manusia ilegal dan akan menjalani hukuman yang sesuai.
Xinjiang, sebuah provinsi di China yang berbatasan dengan Asia Tengah, merupakan rumah bagi minoritas Uighur. Wilayah ini bergolak dengan sejumlah bentrokan sporadis antara etnis Han China dan Uighur. Sementara aktivis menilai Uighur mengalami penindasan hak-hak sipil dan kebebasan beragama.
Kurangnya pembangunan di Xinjiang disinyalir sebagai salah satu faktor yang memicu ketegangan etnis. Meskipun pemerintah setempat untuk memperbaiki situasi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir, namun warga yang memilih melarikan diri dari wilayah ini semakin meningkat. Banyak di antara mereka menjadi korban perdanganan manusia.
Mengutip Reuters, laporan di media China menyebutkan bahwa pemerintah setempat menemukan 553 orang yang berupaya melarikan diri dari wilayah tersebut sejak 2014.
Beijing menyangkal adanya diskriminasi warga Uighur di Xinjiang dan mengklaim ribuan warga Uighur melarikan diri dari China untuk bergabung bersama kelompok militan di Irak dan Suriah.
(ama/ama)