Berawal dari Mimpi, Bidan Asal Manado Lanjutkan Kuliah ke AS

Ranny Virginia Utami | CNN Indonesia
Kamis, 06 Agu 2015 05:11 WIB
Lantaran dinilai berdedikasi, seorang bidan desa asal Manado menerima beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke AS.
Seorang bidan desa asal Manado, Inraini Fitria Syah, menerima beasiswa dan akan melanjutkan kuliah ke AS. (Dok. Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Saya bertekad untuk melanjutkan sekolah magister di Amerika Serikat!" bunyi pengakuan seorang bidan asal kota Bitung, Sulawesi Utara. Ia mengucapkan hal tersebut kepada Wali Kota Bitung. Tanpa ia sadari, pengakuan tersebut langsung diumumkan oleh si Bapak Wali Kota ke seluruh pekerja dinas di kantornya.

"Saya malu. Padahal kan saya baru berniat dan belum benar-benar berangkat," ujar Inraini Fitria Syah, saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/8).

Jadi bidan desa, Inraini ditugaskan di sebuah desa di Solok, Sumatera Barat. Di Solok, mayoritas masyarakat masih mengandalkan dukun. Namun seiring berjalannya waktu, kini para ibu mulai berdatangan dan memberi perhatian mengenai masalah kesehatan, salah satunya reproduksi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inraini pun sadar akan pentingnya pengetahuan kesehatan, terutama bagi kaum perempuan di sana. "Tetapi peralatan kesehatan di sana masih sedikit. Jadi saya ingin dengan fasilitas yang minim ini, tetapi tetap mampu menjaga dan memberikan pengetahuan kesehatan yang benar bagi mereka," ujarnya.

Kesadaran ini mendorong perempuan berusia 35 tahun tersebut untuk mencari cara agar dapat mengenyam pendidikan lagi demi menunjang permasalahan yang ia hadapi di lapangan. Setelah mencari informasi ke sana-sini, Inraini akhirnya menemukan pendidikan yang cocok untuk menunjang pengalaman dirinya.

"Saya mencoba mengikuti beasiswa dari USAID (Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat). Mereka memiliki program prestasi dan saya rasa ini sesuai dengan kemampuan dan yang saya butuhkan," ujar Inraini.

Inraini menceritakan salah satu persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti program ini adalah dengan nilai TOEFL yang tidak terlalu tinggi, yakni 450. Ia mengaku kemampuan bahasa Inggris yang ia miliki sangat terbatas sehingga kuliah ke luar negeri dirasanya sangat sulit, namun bukan tak mungkin.

"Saya harus menyiapkan dua tahun sendiri untuk beasiswa ini. Saya mengikuti les di tempat yang berlokasi dua jam dari pos kesehatan desa tempat saya bertugas. Untungnya, kepala poskesdes saya mengizinkan," ujarnya.

Jerih payahnya berbuah hasil. Ia kini lolos dan bersiap untuk berangkat ke University of Montclair di New Jersey, Amerika, pada 16 Agustus nanti.

Bersama dengan dua orang yang juga lolos beasiswa Prestasi USAID, Inraini berjanji untuk berkontribusi dan mengaplikasikan ilmu yang ia dapatkan usai menyelesaikan kuliah di sana

"Saya ingin mendirikan sebuah perpustakaan kesehatan yang akan berfungsi sebagai pusat promosi kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak. Saya juga berencana melakukan penelitian yang akan mengatasi masalah kesehatan di Indonesia," ujarnya.

USAID merupakan lembaga bantuan luar negeri pemerintah AS yang menyediakan kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi WNI. Sejak 1950, USAID telah menyediakan beasiswa pendidikan di universitas di AS bagi lebih dari 3.500 WNI dan pelatihan bagi puluhan ribu orang lainnya.

"Ini adalah program jangka panjang. Jika melihat indikator keberhasilannya, memang tidak terlalu terasa. Tetapi coba lihat individu-individu penerima beasiswa yang telah kembali, mereka masih berkontribusi," ujar perwakilan Kedutaan AS di Indonesia, Kristen Bauer, di Jakarta, Selasa (4/8).

Sejak April lalu, pemerintah AS memperluas penerimaan beasiswa hingga US$ 51 juta. Pada tahun ajaran 2015 ini, USAID memberangkatkan 22 penerima beasiswa dari 689 pelamar yang akan belajar di AS dan Indonesia. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER