Bangkok, CNN Indonesia -- Sejumlah pemimpin Islam di wilayah selatan Thailand mendesak masyarakat untuk tidak mengasumsikan bahwa serangan bom yang terjadi di kuil Erawan, Bangkok, pada Senin (17/8) terkait dengan konflik di sebelah selatan negara itu.
Dilansir dari Bangkok Post, Presiden Komite Islam Pattani, Waedueramae Maminchi menyatakan bahwa publik harus menilai serangan ini berdasarkan fakta yang ada, bukan hanya berdasarkan asumsi publik bahwa kelompok separatis di Thailand selatan terkait dengan pengeboman ini.
"Belum ada bukti yang mendukung asumsi tersebut," kata Maminchi, Selasa (18/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin menyampaikan kesedihan saya kepada korban serangan itu," kata Maminchi melanjutkan.
(
Baca juga:
Siapa Pelaku Pengeboman Bangkok?)
Sementara itu, Kepala Asosiasi Pondok di lima provinsi selatan Thailand, Abdulaziz Yanya, menyatakan bahwa dia meragukan ledakan tersebut terkait dengan pemberontakan selatan.
"Kecil kemungkinan kelompok pemberontak terlibat dalam ledakan di Bangkok," katanya.
Pernyataan kedua pemimpin organisasi Islam tersebut dilontarkan setelah media setempat ramai melaporkan kemungkinan kelompok pemberontak di wilayah selatan Thailand yang didominasi warga Muslim terkait dengan serangan bom tersebut.
Pendapat senada juga dilontarkan oleh Srisompop Jitpiromsi, seorang akademisi Thailand selatan dari organisasi Deep South Watch. Menurutnya, dalang di balik serangan mematikan di pusat Bangkok tersebut tidak berkaitan dengan kelompok separatis Thailand.
Srisompop menyatakan bahwa serangan bom di Kuil Erawan yang menewaskan setidaknya 22 orang tersebut tidak ada kaitannya dengan kelompok yang bertanggung jawab atas sejumlah serangan bom di Thailand selatan. Pendapatnya ini didasarkan kepada perbedaan tipe bom yang digunakan.
"Penyelidikan awal polisi Thailand tidak menemukan apapun yang dapat dikaitkan dengan kelompok separatis di Thailand selatan, dan sebelum (serangan) ini, Bangkok jarang menjadi target serangan bom oleh separatis," kata Srisompop, dikutip dari Astro Awani.
Hingga saat ini, polisi Thailand belum mengantungi satu nama tersangka pengeboman tersebut, kendati pelakunya jelas tertangkap kamera CCTV. Selain itu, belum ada satu kelompok pun yang mengaku bertanggung jawab atas pengeboman ini.
Srisompop juga meyakini bahwa faktor utama dalam serangan bom tersebut merupakan insiden masalah politik internal antara pemerintah junta dan kelompok Kaus Merah.
Namun, lanjut Srisompop, dugaan ini juga dapat dibantah karena anggota Kaus Merah, yang beragama Buddha, tidak mungkin melakukan serangan di kuil.
"Lokasi serangan dekat dengan kuil yang dianggap sangat suci bagi umat Hindu dan Buddha," kata Srisompop, dikutip dari Astro Awani.
Selain itu, Srisompop menilai bahwa serangan tersebut bisa saja terkait dengan hubungan antara Thailand dan China.
"Baru-baru ini, Thailand mengirimkan sejumlah warga Uighur kembali ke China. Langkah ini dikecam oleh umat Muslim di Thailand dan juga di Turki," katanya.
Srisompop menambahkan bahwa sebagian besar korban luka merupakan warga China. Fakta ini juga dapat dipertimbangkan untuk membantu mencari pelaku.
Srisompop menyatakan bahwa teori apapun yang beredar, masyarakat tetap harus menunggu hasil penyelidikan polisi.
Hingga kini, pemerintah Thailand tengah mencari pria yang diduga merupakan pelaku pengemboman yang terekam dalam kamera CCTV. Pria ini terlihat mengenakan kemeja kuning dan membawa ransel hitam, yang kemudian ditinggalkan di lokasi kejadian.
(ama/stu)