Bangkok, CNN Indonesia -- Pengeboman di Bangkok menyisakan kepedihan yang mendalam bagi warga Thailand, terutama para keluarga korban tewas. Insiden itu tidak hanya membuat mereka kehilangan anggota keluarga, tapi juga mengubur dalam-dalam impian dan harapan yang seharusnya dicapai bersama.
Hingga saat asap mulai mereda dari depan Kuil Erawan beberapa orang masih terlihat tergopoh-gopoh menyambangi satu per satu rumah sakit, mencari orang-orang tercinta mereka.
Sedikitnya 22 orang tewas dalam insiden tersebut, salah satunya adalah warga negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pichitra Bamrungsuk mengaku sedang makan malam bersama keluarganya di Ratchaburi saat dia mendengar bahwa adik iparnya Suwan Sathman, 31, terluka dalam ledakan di distrik Ratchaprasong itu.
Ada perasaan kaget, namun juga terbersit rasa lega karena adik suaminya itu tidak tewas dihantam bom. Tapi sayang, rasa lega itu sirna saat tahu Suwan menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
"Awalnya, kami hanya mendengar adik ipar saya terluka oleh bom dan di bawa ke Rumah Sakit Umum Polisi. Kami merasa lega mendengar bahwa setidaknya dia telah ditangani dengan baik oleh dokter dan kami lalu bergegas ke Bangkok. Tapi saat kami sampai, dia sudah meninggal dunia," kata Pichitra, seperti dikutip The Nation, Rabu (19/8).
Pengeboman itu telah merusak semua mimpi Suwan. Pichitra menceritakan, adik iparnya yang sudah bekerja selama 10 tahun di Kuil Erawan itu sebentar lagi akan menikahi tunangannya.
Keluarganya, orang tua dan keluarga tunangannya tidak mampu menahan tangis histeris saat melihat mayat Suwan. Rencananya, upacara berkabung akan dilakukan selama lima hari sebelum Suwan dikremasi di kuil terdekat.
 Warga Bangkok berduka cita akibat pengeboman. (Reuters/Kerek Wongsa) |
Kesedihan yang sama dialami oleh Wian Niseeda, ayah dari Suchada Niseeda, 32, karyawan Standard Chartered Bank yang meninggal dalam tragedi itu. Dia mengatakan, putrinya tewas mengenaskan dan meninggalkan anaknya yang baru berusia sembilan tahun.
Warga Bangkok lainnya, Kanoksak Changtam, awalnya kesulitan mencari adiknya yang disebut turut menjadi korban. Dia mencari ke beberapa rumah sakit sebelum mengetahui bahwa adiknya telah meninggal dunia.
"Adik saya, suaminya dan beberapa kawan mereka tengah berjalan dekat lokasi saat bom meledak. Suaminya terluka akibat ledakan, tapi dia meninggal. Saya mendapat berita dari suaminya," kata Kanoksak.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa ini adalah serangan bom terparah yang pernah dialami Thailand. Negara itu tengah berkabung, suasana Bangkok masih tegang, sekitar 438 sekolah di kota itu diliburkan sementara.
Insiden ini juga telah menyatukan masyarakat Bangkok. Beberapa bendera Thailand terlihat dipajang di sosial media dengan tulisan "Kuat Bersama."
Ratusan orang membentuk antrean mengular di palang merah Bangkok, donor darah untuk para korban luka.
Di sosial media, warga memposting doa "Pray for Bangkok" yang diikuti dengan pesan-pesan yang memberikan kekuatan: "Malam ini, kami berdoa untuk kedamaian kalian, kebahagiaan dan persatuan."
(yns/den)