Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia terus mengawasi perkembangan di Semenanjung Korea sejak tembakkan meriam oleh Korea Utara ke arah pengeras suara Korea Selatan di perbatasan terjadi pada Kamis (18/8) kemarin. Sejak itu, hubungan kedua negara Ginseng ini semakin memanas.
"Indonesia menyerukan kedua belah pihak untuk tetap tenang dan saling menahan diri," bunyi pernyataan sikap dari Kementerian Luar Negeri yang diterima CNN Indonesia, Minggu (23/8).
Indonesia menilai bahwa ketegangan yang meninggi antara Korea Utara dan Korea Selatan dapat mengganggu perdamaian, stabilitas dan pembangunan di kedua negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, Indonesia sangat mengharapkan agar kedua negara dapat menyelesaikan permasalahan ini melalui mekanisme dialog serta inisiatif non-tradisional lainnya demi mengintensifkan komunikasi antarnegara.
Pada Sabtu hingga Minggu dini hari tadi, penasehat pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan telah mengadakan perundingan di desa gencatan senjata, Panmunjom.
 Penasehat Keamanan Nasional Korea Selatan Kim Kwan-jin, Menteri Unifikasi Korea Selatan, Hong Yong-pyo, Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh Korea Kim Yang Gon dan ajudan militer pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Hwang Pyong-so, berjabat tangan selama pembicaraan tingkat tinggi antar-Korea di desa gencatan senjata Panmunjom di dalam Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua negara ini. (Reuters/the Unification Ministry/Yonhap) |
Penasehat keamanan Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan menteri unifikasi bertemu dengan Hwang Pyong So, penasehat militer tertinggi Kim Jong Un, dan Kim Yang Gon, seorang pejabat veteran masalah antar-Korea. Pertemuan ini diharapkan dapat mengakhiri ketegangan antarnegara yang berada diambang peperangan.
Meski pertemuan sudah berakhir dini hari tadi, namun rencananya pertemuan masih akan dilanjutkan kembali pada hari ini untuk membicarakan lebih jauh cara memecahkan ketegangan dan meningkatkan hubungan.
Seorang pejabat pertahanan Korea Selatan mengatakan militer negaranya masih dalam keadaan siaga meski ada perundingan kedua negara.
Sebelumnya, Pyongyang telah mengusulkan pertemuan sejak Jumat kemarin. Namun Seoul mengajukan usul untuk mengubah jadwal pertemuan dan menginginkan kehadiran Hwang.
Kantor berita Korea Utara KCNA mengumumkan pertemuan ini dengan menyebut Korea Selatan sebagai Republik Korea, satu pengakuan terhadap negara musuhnya yang jarang sekali dilakukan. Situasi ini berbeda dengan retorika yang keluar sebelumnya.
(stu/gen)