Virginia, CNN Indonesia -- Pelaku penembakan wartawan dan juru kamera di Amerika Serikat mencurahkan isi hatinya dalam dokumen setebal 23 halaman yang dikirimkan lewat faks ke stasiun televisi, Rabu (26/8). Dalam dokumen itu, Bryce Williams, mengungkapkan alasan mengapa dia membunuh.
Diberitakan
CNN, Williams menyebut dokumen itu sebagai "pesan bunuh diri untuk kawan dan kerabat". Williams bunuh diri setelah menembak korban yang tengah siaran langsung untuk stasiun televisi WDBJ.
Pria 41 tahun yang bernama asli Vester Lee Flanagan II mengatakan seharusnya dia membunuh Alison Parker dan Adam Ward, mantan rekan kerjanya di WDJB, sejak lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ok, pertanyaan besarnya adalah 'Kenapa'? Jadi, setelah saya mengumpulkan lebih dari 100 halaman kisah menyakitkan di hidup saya, saya bertanya pada diri sendiri, 'Mengapa TIDAK?' Sial, saya terkejut mengapa baru sekarang melakukannya," tulis Williams.
Williams berbicara tentang masa lalunya, termasuk saat tumbuh di California, ketika dia bekerja sebagai model remaja dan gigolo, sembari berkarier di televisi.
Dia menceritakan kehidupan pribadinya, menjadi seorang gay dan berkulit hitam. William mengatakan, dia sering mendapat kecaman dari keluarga dan kawan, walau tidak sedikit yang mendukungnya. Dia juga mengakui terkadang "rasis terhadap orang kulit putih hitam dan Latin."
Kehidupannya juga diliputi oleh tekanan dan
bully, beberapa berlangsung selama puluhan tahun. Dalam akun Twitternya yang telah diblokir, William mengatakan bahwa "Alison melontarkan kalimat rasis."
Tidak bisa dipungkiri, kejahatannya terinspirasi oleh penembakan serupa di Amerika Serikat.
Dalam dokumen yang dikirimkannya, Williams mengaku kagum dengan Seung-Hui Cho, yang membunuh 32 orang di Virginia Tech pada 2007.
Namun yang menjadi inspirasi penembakan yang dilakukannya adalah kasus pembunuhan di gereja Charleston, South Carolina, yang dilakukan oleh Dylann Roof, menewaskan sembilan orang.
"Apa yang memicu saya melakukannya adalah penembakan di gereja. Dan peluru berongga bertuliskan inisial korban. Harus dicatat, penembakan gereja terjadi pada 17 Juni. Saya mengumpulkan senjata api pada 19 Juni," kata Williams.
Dia telah merencanakan serangan ini sejak lama. Dia mencoba terus untuk menutupi semua rencana busuknya itu. Ia mengatakan berpura-pura tersenyum beberapa waktu sebelum melakukan penyerangan.
"Di minggu terakhir hidup saya, saya tersenyum untuk menutupi apa yang akan terjadi.... Saya berkata kepada orang asing bagaimana saya membenci orang-orang. Namun saya kerap mengatakannya dengan senyum di wajah saya," lanjutnya.
"Kemarahanku tidak tergoyahkan. Saya bagai manusia bubuk mesiu, hanya menunggu waktu untuk MELEDAK!!! Kapan saja."
(stu)