Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari sebelas ribu keluarga di Islandia membuka pintu rumah mereka bagi para pengungsi Suriah yang tak memiliki atap untuk berlindung. Mereka memberi bantuan di tengah keterbatasan regulasi pemerintah yang hanya akan membantu 50 pencari suaka setiap tahunnya.
Dilansir The Independent, aksi ini bergulir sejak seorang penulis, Bryndis Bjorgvinsdottir, menuliskan surat terbuka kepada Menteri Kesejahteraan Islandia, Eyglo Hardardottir, berisi permohonan izin bagi warga untuk membantu.
Bjorgvinsdottir mengaku mengenal seseorang yang dapat menampung lima orang Suriah yang hijrah untuk kabur dari perang sipil di tanah airnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lantas meminta pemerintah untuk membantu perizinan kerja, tempat tinggal, dan jaminan pemenuhan hak asasi manusia bagi para pengungsi sebagai ganti biaya transportasi dan dana lainnya yang dikeluarkan oleh relawan.
Dalam surat tersebut, Bjorgvinsdottir juga menuturkan bahwa warga seharusnya lebih terbuka kepada para pengungsi. Pasalnya, mereka sebenarnya adalah sumber daya manusia berpengalaman dan memiliki kemampuan yang justru dapat membantu orang Islandia.
"Mereka adalah calon mempelai, teman baik, belahan jiwa, penabuh drum bagi band anak kita, kolega, Miss Iceland pada 2022, penebang kayu yang akhirnya merampungkan pembuatan kamar mandi, koki di kafe, petugas pemadam kebakaran, dan pembawa berita televisi," tulis Bjorgvinsdottir.
Bjorgvinsdottir juga meminta warga untuk membuka gerbang bagi ribuan imigran yang tenggelam dalam keputusasaan saat mengarungi lautan Mediterania.
Tak berapa lama, akun grup Facebook yang dibuat Bjorgvinsdottir langsung dibanjiri anggota baru. Lebih dari sebelas ribu orang menulis proposal sendiri, diikuti dengan komentar panjang orang lain di bawahnya.
"Saya ibu dan orangtua tunggal bagi anak saya yang berusia enam tahun. Kami dapat mengambil anak yang membutuhkan. Saya seorang guru dan akan mengajarkan anak untuk belajar berbicara, membaca, dan menulis bahasa Islandia dan membimbing mereka berbaur dengan masyarakat Islandia. Kami memiliki baju, tempat tidur, mainan, dan apapun yang dibutuhkan anak-anak," tulis Hekla Stefansdottir.
Melihat dukungan begitu kuat, Perdana Menteri Islandia, Sigmundur David Gunnlaugsson, akhirnya mengumumkan pembentukan formasi komite baru untuk membahas regulasi jumlah pencari suaka yang akan dibantu.
Dalam sesi tanya jawab dengan stasiun radio Reykjavik Grapevine, Gunnlaugsson mengatakan bahwa Islandia harus ambil bagian dalam upaya menangani banjir imigran menuju Eropa. Ia pun menyebut fenomena ini sebagai salah satu tantangan terbesar kehidupan modern.
Senada dengan Gunnlaugsson, Menteri Kesejahteraan Islandia, Hardardottir, mengaku kepada RUV bahwa pemerintah memantau permintaan dalam Facebook tersebut dan akan mempertimbangkan peningkatan jumlah pencari suaka dalam kuota tertentu.
Islandia dengan populasi sekitar 330 ribu jiwa telah menampung 1,117 imigran pada 2014.
Hingga kini, angka penampungan imigran Eropa terbesar masih dipegang oleh Jerman. Pada tiga bulan pertama tahun ini saja, Jerman telah menerima 73 ribu imigran, sementara Inggris hanya 7.300 jiwa.
(stu)