Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak berwenang tengah berupaya merespon banjir besar di timur laut India yang mempengaruhi lebih dari 1,5 juta orang dan memaksa 200 ribu lainnya untuk mengungsi di kamp bantuan.
Hujan musiman besar di negara bagian Assam telah mengakibatkan sungai-sungai di daerah yang kaya minyak dan perkebunan teh itu meluap, termasuk di antaranya sungai besar Brahmaputra. Lebih dari 50 orang tewas tahun ini akibat banjir, 15 orang diantaranya tewas dalam seminggu terakhir.
Menteri wilayah Assam, Tarun Gogoi menyatakan, pemerintah setempat tidak mampu menyediakan pertolongan yang memadai bagi warga terdampak karena kurangnya sumber daya dan bantuan dari pemerintah federal di New Delhi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami perlu pertolongan darurat dan barang-barang bantuan untuk warga dari pemerintah pusat. Kami telah kehabisan sumber daya kami yang terbatas dan kini kami putus asa," tutur Gogoi kepada reporter, dikutip dari Reuters, Senin (7/9).
Sungai Brahmaputra bersumber dari lelehan salju pegunungan Himalaya dan hujan musiman. Sungai utama di Assam ini telah meluap di sepanjang jalurnya, merendam lebih dari 2.000 desa dataran rendah, dan lahan-lahan pertanian besar di 16 dari 23 distrik di Assam termasuk Dhubri, Dibrugarh, Lakhimpur, dan Dhemaji.
Biasanya, India mengalami hujan musim pada Juni hingga September, yang juga vital untuk pertanian.
Namun di daerah-daerah pegunungan seperti Assam, hujan seringkali menyebabkan tanah longsor dan banjir yang merusak tanaman, menghancurkan rumah, serta memicu penyakit seperti diare.
Deforestasi massal yang berlangsung selama puluhan tahun telah membuat tanah erosi, di mana tanah tercuci bersih dari area pegunungan dan mengendap di sungai, sehingga meningkatkan level air jauh lebih tinggi daripada keadaan normal.
Pemerintah berhasil membangun tanggul di sepanjang Sungai Brahmaputra dalam 60 tahun terakhir, namun para ahli berpendapat tanggul-tanggul tersebut tak terawat dan merupakan bentuk lemahnya manajemen banjir.
(stu)