Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin al-Qaidah Ayman al-Zawahri menyebut pemimpin ISIS di Irak dan Suriah, Abu Bakr al-Baghdadi tak punya legitimasi, namun mengatakan bahwa pengikutnya akan bergabung dengan ISIS demi memerangi koalisi pimpinan negara Barat.
Dikutip dari Al Arabiya, di sebuah rekaman audio yang beredar di internet, Zawahri mengatakan, “Kami tak mengakui khilafah ini.”
Tidak jelas kapan rekaman audio itu dibuat, namun referensi dari peristiwa yang ia sebut, rekaman diduga dibuat sekitar delapan bulan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ISIS telah mendeklarasikan khilafah di sebagian besar wlayah di Irak dan Suriah yang mereka kuasai. Mereka juga melebarkan sayap ke negara lain di kawasan Timur Tengah seperti Libya, Tunisia, Yaman, dan Mesir. Kini, ISIS menjadi ancaman lebih besar di negara-negara produsen minyak daripada al-Qaidah.
Meski terdapat persaingan di antara kedua organisasi teror itu, mantan doktor asal Mesir Zawahri mengisyaratkan bahwa masih ada celah begi kedua organisasi untuk bekerja sama terkait perang terhadap Barat.
“Meskipun (ISIS) melakukan kesalahan besar, jika saya berada di Irak atau Suriah saya akan bekerja sama dengan mereka untuk membunuh para tentara salib dan kaum sekuler dan Syiah meski saya tidak mengakui legitimasi khilafah mereka, karena persoalannya jauh lebih besar daripada itu,” kata Zawahri.
Zawahri tidak memberikan penjelasan selanjutnya, namun komentarnya menimbulkan spekulasi soal kerja sama al-Qaidah dan ISIS.
“Zawahri mengatakan bahwa ISIS bukan sebuah khilafah dan Baghdadi bahkan tidak pantas untuk menjadi khalifah. Namun, ini adalah emirat mereka dan jika ia ada di Irak dan Suriah, ia akan bertempur bersama mereka,” kata ahli al-Qaidah Will McCants dari Brookings Institution.
Kerja sama kedua kelompok itu akan membuat upaya menstabilkan Timur Tegah menjadi makin rumit, mengingat banyaknya kelompok bersenjata yang sudah saling berperang di kawasan Timur Tengah sejak Arab Spring 2011.
Al-Qaidah memiliki spesialisasi untuk melakukan pengeboman canggih, sedang ISIS dianggap lihai merebut teritori, mempertahankannya, dan memperluas pengaruhnya. ISIS juga pandai memanfaatkan media sosial untuk merekrut pengikut dari seluruh dunia.
(stu)