Jakarta, CNN Indonesia -- Operator reaktor nuklir Fukushima di Jepang mulai membuang air tanah yang terkena radioaktif dari pembangkit nuklir yang telah lumpuh ke laut. Mereka mengklaim pembuangan ini aman karena telah melewati proses penyaringan.
Diberitakan oleh Channel NewsAsia, Senin (14/9), Tokyo Electric Power Co (TEPCO) yang mengoperasikan reaktor di timur Jepang itu menyatakan, sebanyak 850 ton air tanah yang mengalir dekat reaktor dan terpapar radioaktif telah dibuang di hari pertama.
Pembuangan ini merupakan yang pertama kali sejak reaktor tersebut dihantam tsunami besar tahun 2011. Rencana ini telah bertahun-tahun ditolak oleh nelayan-nelayan setempat karena khawatir air yang dibuang itu akan mengancam mata pencaharian mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut TEPCO, air tanah di sana telah disaring dengan Sistem Pengolahan Air Canggih yang mampu menghilangkan berbagai zat radioaktif tinggi seperti strontium dan caesium. Meskipun masih menyisakan tritium dalam kadar rendah, air tersebut aman untuk dibuang.
Nelayan Fukushima berpendapat pembuangan ini akan meningkatkan kekhawatiran mereka akan kontaminasi dan memperparah reputasi mereka yang sudah babak belur. Namun akhirnya mereka tunduk pada tekanan dari TEPCO, yang tak kunjung menemukan tempat penyimpanan untuk air yang tercemar itu.
"Kami mengonfirmasi bahwa air tanah ini memang mengandung kontaminan, karena juga berisi air hujan yang telah terpapar puing reaktor. Tetapi tingkat radiasinya sudah jauh lebih rendah daripada air di dalam bangunan reaktor," kata juru bicara TEPCO.
Tindakan ini menjadi batu loncatan perusahaan itu. Selama ini mereka bergulat menangani sekitar 300 ton air kotor yang diekstraksi dari tanah setiap hari. Sebelumnya, air tersebut hanya ditambahkan ke tangki besar di sana.
TEPCO sebelumnya juga telah memompa air bersih dari dalam tanah dan membuangnya ke laut untuk mencegahnya terkontaminasi. Namun mereka belum menemukan solusi dari 680 ribu ton air simpanan lain yang terpapar radioaktif tinggi di lokasi reaktor.
Jumlah itu termasuk air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor kala tsunami menghajar pada 11 Maret 2011.
Nelayan lokal masih belum sepakat dengan segala pembuangan air dari bangunan reaktor, meskipun telah disaring.
Tsunami 2011 yang mengiringi gempa sebesar 9.0 skala Richter itu, memicu bencana nuklir terburuk di dunia setelah Chernobyl, serta mendesak Tokyo untuk menutup 50 reaktor di seluruh negeri yang berfungsi memproduksi listrik.
Penonaktifan reaktor Fukushima yang lumpuh tersebut diperkirakan akan berlangsung puluhan tahun. Ganti rugi bagi warga setempat—di luar biaya pembersihan lokasi—kini telah melebihi US$57 miliar.
(stu)