Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Banjir potret orang berdesakan di Arab Saudi pada Kamis pagi menceritakan kisah pilu. Ratusan orang tewas mengenaskan karena terinjak kerumunan manusia dalam kekacauan ziarah tahunan bagi umat Muslim yang taat ke kota suci mereka, Mekkah.
Banyaknya jumlah korban bahkan lebih menakjubkan ketika Anda mengetahui bahwa bencana ini terjadi saat ritual "pelemparan jumroh," yang berlandaskan pada tradisi dan praktik sejak berabad-abad lalu, juga memiliki beberapa sejarah tragedi. Memang, ribuan haji tewas atau terluka selama musim haji sejak 1980-an, sementara miliaran dollar digelontorkan pemerintah Saudi untuk perbaikan infrastruktur.
Jadi mengapa, setelah ratusan tahun, masih tetap ada kematian? Dan apa yang dapat kita pelajari mengenai kerentanan dan cara bertahan dalam kerumunan sehinga kita tidak berakhir menjadi korban, baik itu dalam acara keagamaan, konser, atau kelab malam?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesalahan nampaknya ada pada Arab Saudi. Haji di Mekkah memberikan jutaan dolar bagi negara, namun setelah bertahun-tahun, masih banyak kematian, termasuk dalam ritual yang sama dalam tragedi pada Kamis.
Ingat, ini merupakan acara terencana, diselenggarakan di tanggal yang sudah diketahui setiap tahunnya. Sepertinya ini bukan hal yang mengejutkan. Itu mengindikasi bahwa manajemen massa dan infrastruktur yang lebih baik dapat membantu menghindari hal-hal yang kita lihat di Mina. Namun, pemerintah Saudi harus mau membuat perubahan dan peningkatan, termasuk kapasitas komunikasi lebih kuat, pelatihan bagi personel informasi di hotel dan tempat lain di mana haji tinggal.
Upaya peningkatan juga harus mencakup kemauan negara untuk membuka diri dalam debat sehat, penyelidikan, dan beberapa kritik yang berpotensi menyakitkan, dapat pula termasuk program pasca kejadian yang teliti dan melembagakan pelajaran yang didapat.
Namun, apapun temuan di Arab Saudi--dan harus diingat bahwa penyebab desa-desakan itu masih belum jelas--ada beberapa pencegahan universal yang dapat dilakukan oleh individu, apapun jenis kerumunannya, dan di manapun Anda tinggal.
Secara sederhana, kita semua harus mengutamakan keselamatan pribadi ketika dalam kerumunan. Dan, seperti yang saya pelajari selama bertahun-tahun bekerja di layanan bencana, seperti juga perbicangan dengan para spesialis seperti Paul Wertheimer, seorang ahli manajemen kerumunan dan keamanan, ada ilmu agar aman dalam kelompok besar.
Yang paling penting, bersiaplah. Cukupi asupan air. Pakai sepatu yang layak. Pastikan Anda mengaplikasikan tabir surya jika akan berada di luar ruangan. Langkah ini mungkin terlihat kecil, tapi jika Anda harus bergerak cepat, kulit melepuh atau terbakar dapat membuat gerakan Anda melambat dan bahkan menjadi sangat berbahaya.
Di samping persiapan, ada beberapa kesadaran situasional yang harus diperhatikan. Ketika Anda tiba di acara, perhatikan sekitar untuk mengetahui jalan keluar dan rute yang paling memungkinkan untuk Anda. Apakah ada tangga yang menyulitkan anak balita Anda dan kereta bayinya? Apakah pasangan Anda bermasalah dengan lorong remang? Ingat bahwa Anda tidak dapat mencapai jalan keluar utama jika situasi sedang sulit. Perhitungkan hal ini sebelum bencana terjadi.
Selanjutnya, jaga ruang pribadi Anda dan bagaimana Anda dapat menyesuaikannya dalam sebuah kecelakaan. Jika Anda merasa kerumunan mulai terlalu padat dan tak nyaman, keluar sebelum keadaan semakin buruk. Bahaya paling umum adalah mati lemas karena kekurangan udara ketimbang terinjak-injak. Jika tidak memungkinkan untuk keluar secepatnya, coba untuk menjaga energi Anda (jangan teriak atau mendorong!) sementara mengikuti beberapa tips berikut:
Jangan biarkan lengan terjepit di samping. Tetap kokoh, pijakan kuat (di sinilah sepatu yang baik mengambil peran) dan jaga tangan tetap dekat ke dada. Jangan tahan kekuatan kerumunan. Sama seperti pijakan Anda, dorongan kerumunan juga dapat lebih kuat dari kemampuan Anda untuk menahannya, jadi coba untuk mengikuti arus sementara Anda mencari jalan keluar (momen berdiam) dengan keluar dan masuk gelombang diagonal, berhenti dan bergerak.
Akhirnya, hal paling penting yang harus Anda lakukan ketika mencoba keluar dari kerumunan adalah menjaga diri Anda dan orang sekitar agar tidak jatuh. Tolong orang di sekitar Anda, mengingat jika seseorang di dekat Anda terjatuh, kesempatan Anda untuk keluar hilang. Faktanya adalah dalam banyak krisis, kesempatan pribadi Anda untuk selamat meningkat dan menurun sesuai dengan orang sekitar Anda.
Tragedi seperti di Arab Saudi bukannya tak terelakkan. Kita agaknya sudah terbiasa dengan kematian di acara keagamaan seperti Haji, menganggap itu merupakan bagian dari ibadah. Tidak. Kematian tidak harus menjadi takdir.
(has/stu)