Riyadh, CNN Indonesia -- Arab Saudi mengatakan jumlah korban yang meninggal karena berdesak-desakan saat ibadah haji di Mekkah mencapai 769 orang.
Pengumuman ini dilakukan pada Sabtu (26/9) sementara Iran mengatakan para pejabat Arab Saudi harus diajukan ke pengadilan internasional atas peristiwa yang disebutnya kejahatan itu.
“Angka terakhir hingga jam ini adalah 769 meninggal. Bertambah 52 orang dari angka sebelumnya,” ujar Menteri Kesehatan Khalid al-Falih dalam jumpa pers, Sabtu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Mereka adalah korban yang meninggal di berbagai rumah sakit sejak insiden terjadi,” kata Khalid yang menambahkan jumlah korban luka mencapai 934 orang.
Sementara itu, Iran yang beraliran Islam Syiah dan terlibat dalam peperangan tidak langsung dengan Arab Saudi di sejumlah negara Arab, mengatakan setidaknya 136 warganya meninggal. Hal ini memicu aksi protes dan kemarahan di Republik Iran pada Jumat (25/9).
Kantor berita Fars melaporkan, lebih dari 300 warga Iran lainnya, termasuk mantan duta besar untuk Lebanon Ghazanfar Roknabadi, masih belum diketahui nasibnya.
“Kami mendesak pengadilan internasional untuk mengadili keluarga Saud atas kejahatan terhadap peserta ibadah haji,” ujar Jaksa Agung Iran Jenderal Ebrahim Raisi, yang dikutip oleh kantor berita mahasiswa INSA.
“Ini bukan masalah tidak mampu, ini kejahatan,” kata Raisi kepada televisi pemerintah IRIB.
Melindungi tamu masjid-masjid di kota Mekkah dan Madinah adalah pilar utama legitimasi keluarga kerajaan Arab Saudi, dan raja memiliki gelar “penjaga dua tempat suci.”
Sementara itu setelah berbicara dengan Putera Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Nayef, ulama terkemuka Arab Saudi Abdulaziz Al al-Sheikh mengatakan, pihak berwenang tidak bertanggung jawab.
“Kita tidak bertanggung jawab atas kejadian ini. Kita berurusan dengan faktor-faktor yang bisa dikendalikan sesuai kemampuan. Dan untuk hal-hal yang tidak bisa dikendalikan manusia, kita tidak bisa menyalahkan mereka. Nasib dan takdir sudah ditentukan,” kata Al al-Sheikh yang dikenal sebagai Ulama Besar dalam pernyataan di televisi.
Al al-Sheikh tampaknya juga menepis kritik terhadap kerajaan dari luar negeri dengan menyebutnya sebagai “rasa iri”.
“Banyak pihak iri pada kerajaan ini, mengenai agama, kepemimpinan, perekonomian dan persatuan di dalamnya, dan juga kemakmuran yang diterima, tidak seperti negara lain,” katanya.
(yns)