Bentrokan Kembali Terjadi di Republik Afrika Tengah

Reuters | CNN Indonesia
Minggu, 27 Sep 2015 21:50 WIB
Bentrokan antar agama di Afrika Tengah telah menewaskan puluhan orang dan ratusan luka-luka menjelang pemilihan umum pertengahan bulan depan.
Presiden Catherine Samba-Panza merupakan presiden sementara Afrika Tengah dan warga menuntut dia mundur. (Reuters/Darren Ornitz)
Bangui, CNN Indonesia -- Anggota milisi Kristen bersenjata berpatroli di jalan-jalan sementara pengunjuk rasa mendirikan barikade di ibukota Republik Afrika Tengah yang tengah dilanda bentrokan antar agama.

Sejumlah pemuda yang marah mempergunakan tiga peti untuk menutup jalan utama Bangui pada Minggu (27/9) pagi.

Tentara misi penjaga perdamaian PBB, MINUSCA, melepas tembakan gas air mata ke arah gerombolan pemuda itu dalam upaya membubarkan mereka.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saksi mata melaporkan tembakan sporadis di beberapa bagian kota, dan rumah dan toko-toko dijarah. Namun belum ada laporan mengenai korban tewas dalam bentrokan hari Minggu ini.

“Cukup sudah. Kami menuntut (Presiden Catherine) Samba-Panza mundur. Sejak dia berkuasa warga Muslim membunuh tanpa dihukum. Presiden tidak berbuat apapun untuk melucuti mereka,” ujar seorang pengunjuk rasa yang menolak disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters.

Setidaknya 21 orang tewas dan 100 lainnya luka-luka pada Sabtu ketika warga beragama Islam menyerang satu pemukiman di Bangui yang mayoritas warganya beragama Kristen sebagai aksi balas dendam atas pembunuhan seorang pria.

Ini merupakan bentrokan terburuk di kota itu tahun ini, dan pasukan penjaga perdamaian dan tentara Perancis dikerahkan untuk menjaga keamanan. Pemerintah Republik Afrika Tengah menuduh sejumlah pihak mencoba menggagalkan pemilu yang direncanakan bulan depan.

Ribuan warga Afrika Tengah tewas dan ratusan lainnya masih menjadi pengungsi setelah terjadi kekerasan yang terjadi setelah pada 2013 pemberontak Seleka yang sebagian besar adalah Muslim, merebut kekuasaan di negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ini.

Kekerasan yang dilakukan Seleka ini memicu aksi balas dendam dari milisi Kristen “anti-balaka” yang mengusir sebagian besar Musim dari wilayah selatan sebagai pertanda pemisahan negara itu secara de fakto.

Para pengunjuk rasa menuduh pasukan PBB dan Perancis tidak melakukan intervensi dalam kekerasan yang terjadi Sabtu, dan meminta agar angkatan bersenjta Afrika Tengah, FACA, untuk mengambil alih tanggung jawab keamanan.

“Kami mengimbau aksi gerakan sipil madani mulai sekarang dan kami menuntut pengerahan kembali FACA tanpa syarat,” ujar Gervais Lakossa, ketua masyarakat madani.

Para pejuang anti-balaka yang membawa senapan dan golok terlihat di jalan-jalan kota Bangui sementara sebagian besar warga berlindugn di kamp-kamp pengungsi yang terlindungi.

“Pemerintah meminta rakyat untuk tidak terpancing dengan manipulasi kaum ekstrimis yang ingin membakar negara ini untuk memenuhi ambisi politik mereka,” kata Menteri Keamanan Dominique Said Paguindji melalui siaran radio.

Pemilu dijadwalkan berlangsung untuk memilih presiden dan parlemen bari pada 18 Oktober, untuk mengganti pemerintah sementara pimpinan Samba-Panza.

Meski kurang persiapan dan terjadi kekerasan di Bangui, Paguindji mengatakan pemilu akan tetap dilaksanakan sesuai jadwal. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER