Militer Perancis Mulai Menggempur ISIS di Suriah

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Senin, 28 Sep 2015 14:08 WIB
Militer Perancis melebarkan daerah operasi serangan udara untuk menggempur ISIS, dari awalnya hanya ke Irak, kini hingga ke Suriah.
Keenam armada pesawat yang diterjunkan sebenarnya berada di bawah komando Perancis sendiri, tapi juga terus berkoordinasi dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat. (Reuters/Shawn Nickel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Perancis melebarkan daerah operasi serangan udara untuk menggempur ISIS, dari awalnya hanya ke Irak, kini hingga ke Suriah.

Seperti dilansir CNN, serangan yang dimulai sejak Minggu (27/9) ini dilancarkan setelah pemerintah menghimpun data intelijen mengenai operasi udara di sekitar Suriah sejak dua pekan belakangan.

"Negara kami mengonfirmasi komitmen untuk bertempur melawan ancaman teroris ISIS. Kami akan menyerang, kapanpun keamanan negara kami jadi taruhannya," demikian pernyataan resmi dari kantor kepresidenan Perancis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbicara di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Presiden Perancis, Francois Hollande, mengatakan bahwa salah satu kamp pelatihan yang menjadi sasaran merupakan ancaman bagi bangsanya.

"Kami mencapai tujuan kami dan keseluruhan kamp pelatihan tersebut dihancurkan," kata Hollande.

Hollande lantas menjabarkan bahwa keenam armada pesawat yang diterjunkan sebenarnya berada di bawah komando Perancis sendiri, tapi juga terus berkoordinasi dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat.

Perancis juga menuding bahwa Eropa kebanjiran pengungsi akibat ulah ISIS. Hal ini pula yang mendasari serangan Perancis ke Suriah.

"Kami tidak akan menerima 4-5 juta warga Suriah agar masalahnya dapat diatasi dari akarnya," kata Perdana Menteri Perancis, Manuel Valls.

Selain ISIS, Hollande juga menyalahkan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang menyebabkan merebaknya kekacauan di Suriah.

"Bashar al Assad adalah orang utama yang patut disalahkan, tapi ISIS juga melakukan aksi mengerikan. Masa depan Suriah tak akan terjadi dengan kepemimpinan Bashar al Assad," katanya.

Perancis juga sudah berbicara dengan Rusia untuk mencari solusi atas peperangan di Suriah.

"Rusia mendukung rezim Bashar al-Assad. Namun, Rusia juga ingin mencari solusi politik. Namun, tidak akan ada solisi politik tanpa dialog dengan pihak lain yang terlibat secara langsung maupun tidak dalam masalah Suriah," kata Valls.

Sepanjang tahun ini, Perancis memang trauma menghadapi beberapa serangan teroris di negaranya.

Pada Januari, ekstremis Islam membunuh 17 orang dalam serangkaian serangan, dimulai dengan penembakan di kantor majalah satir, Charlie Hebdo.

Pada Juni, pihak berwenang mengatakan bahwa seorang pria di tenggara Perancis memenggal kepala bosnya. Ia lantas memajang kepala bosnya dengan spanduk Islamis dan meledakkan pabriknya.

Bulan lalu, tiga warga Amerika membekuk terduga pelaku penembakan teror yang mencoba melancarkan serangan di dalam kereta menuju Perancis. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER