Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan masih dinyatakan hilang dalam bencana longsor di sebuah kota di Guatemala. Pada Minggu (4/10), jumlah korban tewas dilaporkan telah mencapai 86 orang.
Kerabat bersama tim penggali mencari di gundukan tanah yang menghancurkan rumah mereka di Santa Catarina Pinlua, tenggara Guatemala City pada Kamis malam lalu.
Pihak berwenang menyatakan sekitar 350 orang masih belum jelas keberadaannya, sementara penggalian demi penggalian terus dilakukan. Barang-barang pribadi milik warga yang menjadi korban longsor terus ditemukan, dari kasur, buku-buku, mainan, hingga dekorasi natal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil memegang foto orang yang mereka cintai, anggota keluarga berdiri dalam antrian di luar kamar mayat sementara di dekat lokasi penggalian, untuk mengenali mereka mengenali apakah tubuh yang sudah ditemukan. Beberapa dari mereka menangis.
"Ini adalah hal terburuk yang terjadi pada kami," kata Ana Maria Escobar, seorang ibu rumah tangga 48 tahun sambil menangis saat ia menunggu berita dari 21 anggota keluarganya yang hilang.
"Sejauh ini hanya adik ipar saya yang telah ditemukan," tambahnya. Ia meninggalkan kota Santa Catarina Pinlua setahun sebelumnya.
Salah satu penggali menemukan tubuh seorang gadis kecil dengan tanda goresan di lengan dan kaki, yang menurut petugas kemungkinan merupakan tanda-tanda perjuangannya untuk melarikan diri.
Gaby Ramirez, seorang kurir 18 tahun, telah mencari kakaknya dengan sekop di tangan sejak pukul 6 pagi pada Sabtu (3/10), setelah tanah longsor mengubur rumah tetangga yang sedang ia kunjungi.
"Saya tidak berharap untuk menemukannya hidup-hidup, tapi saya berharap untuk menemukan tubuhnya dan menguburkannya," katanya. "Saya harus menguburnya, saya tidak bisa meninggalkan dia di sana."
Dipicu oleh hujan, tanah, batu dan pohon telah mengubur daerah yang berada di dekat jurang. Beberapa rumah terkubur sekitar 15 meter di bawah permukaan tanah, dan badan bencana Guatemala, Conred, mengatakan mereka ragu semua korban ditemukan.
"Harapan adalah yang terakhir ada di pikiran, jadi kami berharap untuk menemukan seseorang hidup," kata Menteri Pertahanan Guatemala Williams Mansilla, meskipun ia juga mengakui kemungkinannya sangat rendah.
Pada hitungan terakhir, kantor Kejaksaan Agung Guatemala melaporkan via Twitter bahwa 86 tewas. Jumlah ini dikhawatirkan akan terus meningkat, mengingat banyaknya jumlah warga yang masih hilang.
Di antara yang tewas terdapat 17 anak, dan setidaknya 26 orang terluka.
Pada Jumat, ada laporan dari anggota keluarga yang menerima pesan teks dari korban yang terkubur, meminta untuk diselamatkan.
Namun pihak berwenang mengatakan mereka tidak menyelamatkan satu korban pun pada Sabtu meskipun ada 1.800 relawan, tentara dan petugas pemadam kebakaran yang terlibat pencarian. Meski begitu, sebanyak 400 orang yang selamat telah dievakuasi secara total dari situs kejadian sejak tragedi itu terjadi.
Pencarian dijadwalkan berakhir Sabtu sekitar 19.30 waktu setempat, dan sesuai dengan protokol internasional, akan diluncurkan kembali setidaknya satu hari lagi pada Minggu (4/10).
Karena medan yang tak stabil dan cuaca basah, relawan akan tidak lagi diizinkan untuk membantu pada Minggu.
Tragedi longsor terparah di Guatemala dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi beberapa minggu setelah kekacauan politik negara itu, dan saat sedang bersiap untuk pemilihan presiden baru. Bulan lalu, Presiden Otto Perez dipaksa mengundurkan diri dan ditangkap atas tuduhan korupsi.
Pada Oktober 2005, tepat satu dekade lalu, hujan deras memicu tanah longsor di Panabaj di Guatemala, mengubur satu desa. Ratusan orang diyakini telah tewas, dan banyak dari tubuh para korban tewas tidak pernah ditemukan.
(stu)