Ponsel Jadi Senjata Relawan Indonesia di Suriah

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2015 17:08 WIB
Relawan Indonesia hanya bersenjatakan HP dan kamera, berada di garis depan pertempuran bersama dengan kelompok militan anti-pemerintah.
Relawan asal Indonesia mengaku mereka tak boleh mengangkat senjata karena datang ke Suriah sebagai relawan. (Dok. Akun Facebook Misi Medis Suriah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Relawan Indonesia yang menyalurkan bantuan ke Suriah memang kerap terjebak dalam pertempuran yang berbahaya. Namun mereka tidak dibekali dengan senjata dan harus tetap berlindung dari peluru dan bom.

Salah seorang relawan Misi Medis Suriah, MMS, Ahmad Kindi, yang berangkat ke negara itu pada akhir 2013 mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa saat mereka dikepung ISIS di Babul Hawa pada Januari 2014.

"Namanya perang, mungkin jika mau menembak boleh saja, tapi masalahnya kita relawan mau menembak pakai apa?" kata Kindi dalam wawancara dengan CNN Indonesia melalui pesan instan, Rabu (7/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kindi mengaku sempat iri dengan para pemuda Suriah yang selalu membawa senjata kemana pun mereka pergi. Kepada para pemuda itu, Kindi mengatakan bahwa senjatanya adalah telepon seluler alias handphone.

"Saya sempat katakan pada seorang di antara mereka, "ini senjata saya" sambil menunjukkan HP China yg saya pegang. Pemuda itu keheranan. Mungkin dia pikir kalo keadaan mendesak saya akan lempar HP itu ke musuh layaknya batu," ujar pria 33 tahun ini.

Dia lantas menjelaskan pada pemuda itu, bahwa ponsel itu adalah "senjata" baginya untuk mengambil gambar, menulis laporan, lalu memuatnya di media sosial.

"Saya jelaskan HP ini digunakan mengambil gambar, menulis laporan, lalu dimuat di Facebook. Rakyat Indonesia melihat dan membacanya lalu tergerak untuk menyumbang. Lalu sumbangan itu dikumpulkan untuk dibawa ke Suriah. Akhirnya pemuda tadi mengangguk-angguk sambil tersenyum," jelas ayah empat anak ini.

Salah satu cara MMS mengumpulkan dana memang dengan berkampanye di media sosial Facebook. Kisah-kisah langsung dan tidak langsung, berikut foto dan video dihadirkan untuk menjaring para donatur.

Misi Medis Suriah telah mengumpulkan dana masyarakat Indonesia sejak tahun 2013 hingga sebesar US$1,6 juta atau lebih dari Rp22,7 miliar untuk rakyat Suriah.

Relawan sekaligus pendiri MMS, Fathi Nasrullah Attamimi, sendiri "bersenjatakan" kamera Canon 7D dan sebuah telepon pintar. Dengan dua benda itu, Fathi merekam setiap pertempuran dari garis depan peperangan.

"Saya meliput tragedi Suriah langsung ke frontline. Kadang membuntuti pejuang yang maju perang. Mereka menembak atau ditembak, saya di samping mereka merekam. Jadi kondisinya sama aja dengan pejuang. Sama-sama jadi target tembakan," kata Fathi yang saat ini tengah berada di Latakia.

Menurut dia membawa dua benda itu sudah cukup merepotkan, sehingga tidak perlu lagi membawa senjata. Selain itu, dia kemana-mana selalu bersama beberapa pejuang bersenjata lengkap.

"Makanya banyak orang ngira saya mujahidin, padahal saya cuma tukang tulis cerita. Lagipula saya mau menembakkan kamera, bukan peluru," lanjut dia.

Kindi mengatakan, mereka dilarang membawa senjata karena datang untuk menjadi relawan kemanusiaan, bukan bergabung dengan kelompok bersenjata.

"Mungkin lain ceritanya jika kita datang untuk bergabung dengan kelompok-kelompok pejuang. Tapi karena kita datang sebagai relawan, jadi kita dilarang pegang senjata. Jihad kita adalah kemanusiaan, medis dan media," tegas Kindi. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER