Relawan Indonesia di Suriah: Kalau Mati Ya Mati

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2015 13:03 WIB
Relawan Misi Medis Suriah masuk ke Suriah melalui jalur tidak resmi di Turki, tanpa mengantongi izin dari pemerintah mana pun.
Relawan Misi Medis Suriah, Ihsanul Faruqi, bersama warga Idlib. MMS telah menyalurkan Rp22,7 miliar bagi rakyat Suriah dalam waktu dua tahun. (Dok. Ihsanul Faruqi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Relawan Indonesia masuk dan menyalurkan bantuan secara langsung ke wilayah konflik di Suriah. Terkadang ditingkahi oleh ancaman bom dan peluru, mengancam nyawa mereka.

"Digebuk tank, dijatuhi bom, dirudal MiG, diberondong tembakan," kata Ihsanul Faruqi, salah satu relawan Misi Medis Suriah, MMS, yang pada 2014 setahun berkeliling beberapa kota di Suriah untuk menyalurkan bantuan, kepada CNN Indonesia, Rabu (7/10).

Ihsan tidak menampik bahwa terbersit rasa takut setiap kali berada di tengah pertempuran. "Takut ada, tapi jika ada desing peluru lewat kepala rasa takutnya hilang tercabut," kata Ihsan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengalaman yang sama dituturkan oleh relawan MMS lainnya Fathi Nasrullah Attamimi. Dia mengaku pernah berada di tengah hujan bom dan mortir saat sedang salat Jumat di Jabal Akrad, pesisir Latakia.

"Satu kali saya harus dua hari berlindung di dalam parit yang berhadapan langsung dengan rezim Suriah di Aleppo. Satu jari telunjuk pun tidak bisa diangkat ke atas karena sniper gentayangan. Di parit itu saya melihat proses penembakan dan syahidnya tiga kenalan saya," kata Fathi yang saat ini berada di Latakia melalui pesan instan.

Jalur tidak resmi

MMS telah mengumpulkan dana masyarakat Indonesia sejak tahun 2013 dan menyalurkan sekitar US$1,6 juta atau lebih dari Rp22,7 miliar kepada rakyat Suriah.

Fathi mengatakan mereka masuk ke Suriah lewat jalur tidak resmi di perbatasan Turki. Bantuan juga disalurkan melalu pintu Turki atau diproduksi di dalam Suriah sendiri yang masih aman.

Dia mengaku tidak mengantongi izin apa pun dari pemerintah Indonesia untuk misi mereka itu. Pasalnya, birokrasi yang rumit serta kemungkinan gagal untuk mendapatkan izin besar sekali.

"Jadi kami pakai gaya koboy saja lah. Kalau pun mati ya mati. Indonesia tidak perlu pusing mengurusi. Kami mau lapor dengan satu syarat: Pasti dikasih izin," ujar Fathi.

Sebelumnya perbatasan Turki sangat longgar. Namun belakangan akibat ISIS, pemerintah Turki memperketat perbatasan.

"Kami sendiri belum pernah izin resmi pada Turki. Tapi dulu, tentara Turki membalikkan badan begitu lihat kedatangan kami, sudah cukup kami artikan sebagai izin.
Semua pintu masuk nonresmi Turki-Suriah pernah kami lewati," ujar Fathi lagi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir mengatakan bahwa para WNI melintasi batas tanpa izin berarti telah melanggar peraturan Turki.

"Jelas statusnya adalah melanggar aturan dari Turki. Jika tertangkap bisa dideportasi," kata Arrmanatha.

Jika demikian, kata Arrmanatha, Kemlu tetap akan memberikan bantuan pendampingan hukum. Namun perjalanan ke Suriah memang tidak dianjurkan untuk warga Indonesia.

"Suriah merupakan wilayah konflik, kami men-discourage WNI untuk pergi ke sana," lanjut Arrmanatha.

Motivasi surga

Ketakutan dan kengerian berada di medan perang terkikis oleh motivasi relawan MMS yang besar dalam membagikan bantuan. Ihsan berharap, misi mereka berbuah surga.

"Motivasi saya mencari surga dengan membantu kaum Muslimin Suriah," kata Ihsan.

Saat ditanya apakah dia takut tewas terbunuh dalam peperangan di Suriah, Ihsan menjawab: "Tidak masalah jika di jalan Allah."

Fathi mengatakan, mati adalah sebuah keniscayaan tinggal caranya saja yang berbeda, baik di Suriah atau Indonesia, ditabrak mobil atau ditembak AK.

"Tinggal cara seperti apa yang dia usahakan baik sadar atau tidak. Saya memilih dan mengusahakan bentuk kematian yang agung di sisi Allah," ujar Fathi. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER