Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan kirim timnya ke Korea Utara, pada Kamis (15/10), menjelang reuni untuk menyatukan sejumlah keluarga yang terpisah oleh Perang Korea yang akan digelar pada pekan depan. Ajang ini diperkirakan akan berlangsung dengan sangat emosional di atas jalinan diplomatis tak stabil antara kedua negara.
Perhelatan langka tanggal 20-26 Oktober mendatang akan diselenggarakan di Gunung Kumgang, Korea Utara. Reuni ini merupakan kali kedua dalam lima tahun. Sejak disepakati Agustus lalu, kekhawatiran terus muncul bahwa Pyongyang akan mencari sebab untuk membatalkan reuni ini.
Kementerian Persatuan Korea menyatakan tim yang akan dikirim tersebut terdiri dari 14 staf Palang Merah dan 11 pekerja pemeliharaan yang ditugaskan untuk mempersiapkan reuni ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beberapa di antara mereka akan menginap di lokasi hingga acara reuni dimulai untuk mengatur logistik dan lainnya," kata juru bicara kementerian, dilansir dari Channel NewsAsia.
Agenda itu merupakan hasil kesepakatan kedua negara Korea bulan Agustus lalu, demi menurunkan tensi yang selama ini mendorong mereka ke tepi jurang konflik senjata.
Sejak itu, Pyongyang telah berkali-kali mengancam akan membatalkan reuni, akibat kecaman Seoul terhadap program senjata nuklir dan rekam jejak pelanggaran HAM yang dilakukannya. Jutaan orang terpisah selama Perang Korea periode 1950-1953, yang berujung kepada pemisahan kedua negara.
Banyak yang telah meninggal tanpa berkesempatan melihat atau mendengar kembali keluarga mereka di sisi perbatasan yang lain, akibat dilarangnya segala komunikasi antarsipil. Sekitar 66 ribu warga Korsel, sebagian besar yang berusia 80 dan 90-an, berada dalam daftar tunggu reuni periodik ini, tetapi hanya sejumlah orang yang dapat ikut serta.
Nantinya, sekitar 100 orang dari Kedua Korea bakal saling menemui kerabatnya. Peserta tertua pada reuni kali ini adalah dua pria Korsel berusia 98 tahun, yang memiliki putri dan putra di Korut.
Penginapan Gunung Kumgang, didirikan oleh raksasa Korsel, Hyundai Group, pernah menjadi simbol rekonsiliasi antar-Korea. Lokasi ini menyaksikan ribuan turis asal Korsel berwisata di bawah "Kebijakan Matahari" usulan Presiden Kim Dae-Jung pada akhir 1990-an.
Tahun 2008, Seoul menghentikan tur tersebut usai seorang turisnya ditembak dan tewas saat menyelinap ke daerah militer Korut.
(ama)