Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan warga Korea Selatan sudah menantikan pertemuan dengan kerabat atau saudara mereka yang terpisah di Korea Utara. Reuni rencananya akan dilakukan mulai besok antara warga kedua negara yang "diceraikan" oleh perang.
Channel NewsAsia memberitakan, Senin (19/10), sebanyak 349 orang yang beruntung dari Korsel, semuanya sudah lanjut usia, telah berkumpul di kota Sokcho untuk menginap semalam sebelum menyeberang ke Korut demi bertemu dengan orang-orang terkasih mereka.
Mereka akan beranjangsana dengan sekitar 100 kerabat yang merupakan warga Korut. Acara akan dimulai pada Selasa di penginapan Pegunungan Kumgang, tempat para peserta akan menginap.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reuni ini adalah yang kedua kalinya dilaksanakan dalam lima tahun terakhir. Temu kangen ini baru dilaksanakan setelah kedua negara sepakat menurunkan ketegangan yang berujung konflik bersenjata beberapa waktu lalu.
Bagi peserta reuni, ini adalah ajang sekali seumur hidup untuk bertemu keluarga mereka yang terpisah batas negara. Pertemuan ini dilakukan dengan sistem lotere, hanya yang beruntung bisa mengikutinya. Masih ada lebih dari 65 ribu orang yang menunggu antrean.
Bagi mereka yang berusia 80 dan 90 tahunan, bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir mereka dengan kerabat terkasih yang masih hidup.
Puluhan ribu orang terpisah dari keluarganya dalam Perang Korea yang berlangsung pada 1950-1953. Orang tua terpisah dari anak-anaknya, suami dari istrinya dan kakak dari adiknya.
Kedua negara secara teknis masih berperang karena konflik hanya berakhir dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai, membuat pertemuan secara rutin dianggap mustahil.
Program reuni yang pertama kali diprakarsai tahun 2000 ini akan berlangsung selama tiga hari. Gelombang kedua yang dengan peserta 100 orang akan berlangsung pada Jumat mendatang.
Banyak aturanKendati namanya reuni, namun pertemuan itu disebut terlalu banyak aturan dan tidak bebas melepas rindu. Ada buku panduan yang dikeluarkan berisi larangan selama pertemuan.
Di antara larangannya adalah tidak boleh bertanya soal kehidupan di Korea Utara. Selain itu, mereka juga tidak bisa sembarangan bertemu di penginapan, ada waktu-waktu khusus.
Selama tiga hari, mereka dijadwal bertemu enam kali, dengan waktu masing-masing dua jam. Artinya mereka hanya akan bertemu selama 12 jam, setelah lebih dari 60 tahun terpisah.
Pemerintahan Kim Jong Un kerap menjadikan ajang reuni ini sebagai tebusan politik. Rezim di Pyongyang menolak mengadakan reuni secara rutin dan sering membatalkannya di menit terakhir.
Warga Korsel peserta reuni tahun 2012 lalu mengeluhkan tindakan Korut yang mengharuskan kerabat mereka menyampaikan propaganda politik.
Beberapa peserta dari Korsel mengatakan bahwa kerabat Korut mereka lebih tertarik pada cendera mata yang diberikan ketimbang bercerita soal keluarga atau apa yang mereka lakukan selama 60 tahun terakhir.
(stu)