Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang mantan pekerja PLTN Fukushima didiagnosis menderita kanker yang terkait radiasi. Hal itu dikonfirmasi otoritas Jepang pada Selasa (20/10), untuk pertama kalinya pasca insiden nuklir terbesar kedua dalam sejarah yang terjadi pada 2011 silam.
Pejabat Kementerian Kesehatan mengatakan mantan pekerja PLTN Fukushima tersebut berusia tiga puluhan kala masih bekerja di PLTN Fukushima milik Tokyo Electric Power Co (TEPCO). Kini, dia didiganosis menderita leukemia.
Pria yang tidak dipublikasikan identitasnya itu kini menginjak usia ke-41 tahun, menurut laporan sejumlah media lokal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari total 19,8 millisieverts, pria tersebut terpapar radiasi sebesar 15,7 millisieverts antara periode Oktober 2012 hingga Desember 2013 selama bekerja di PLTN Fukushima.
Meski jumlah tersebut lebih rendah daripada batas paparan radiasi tahunan sebesar 50 millisieverts bagi pekerja industri nuklir, pemerintah tak dapat menampik bahwa leukemia yang dialami pria tersebut akibat terpapar radiasi.
Pernyataan ini berbeda dengan yang sebelumnya telah dilontarkan oleh pemerintah dan industri nuklir Jepang, bahwa dampak kesehatan dari radiasi Fukushima tak seberapa.
Sang pekerja akan diberi kompensasi untuk mengganti biaya pengobatan dan pendapatannya yang hilang. Menurut laporan Reuters, angka kompensasi bagi mantan pekerja Fukushima itu mencapai lebih dari 7 triliun yen (US$59 miliar) per Juli tahun ini.
Dilansir dari Channel NewsAsia, tiga kasus kanker yang dialami oleh pekerja reaktor lainnya masih belum dikonfirmasi memiliki hubungan dengan insiden Fukushima. Terjadi perdebatan hangat di Jepang tentang apakah hal yang sama bakal dialami pekerja PLTN dan warga di sekitar Fukushima.
Kabar itu menyeruak tidak lebih dari seminggu sejak Jepang mengaktifkan kembali reaktor nuklir kedua, dan nampaknya akan semakin mengobarkan perlawanan publik Jepang terhadap energi nuklir. Sebelumnya, Jepang menghentikan seluruh operasi nuklir secara massal menyusul tragedi Fukushima.
Selama ini belum ada kematian yang tercatat berhubungan secara langsung dengan radiasi Fukushima, namun kecelakaan itu telah menjadikan wilayah tersebut tak layak huni untuk puluhan tahun mendatang.
TEPCO kini tengah kewalahan menghadapi rangkaian tuntutan kompensasi dan harus merogoh kocek hingga puluhan juta dolar untuk membersihkan sejumlah reaktornya.
Selain menewaskan lebih dari 18 ribu jiwa, tsunami di pantai timur laut Jepang yang dipicu gempa besar tahun 2011 turut membanjiri sistem pendinginan reaktor Fukushima, membuatnya meledak dan melepaskan radiasi yang meracuni udara, laut, dan rantai makanan.
Butuh puluhan tahun untuk memulihkan area usai bencana nuklir terburuk sejak kecelakaan Chernobyl yang terjadi tahun 1986 itu.
(ama)