Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang warga Arab-Israel terpantau melintasi perbatasan di Dataran Tinggi Golan menuju Suriah pada Sabtu (24/10). Menurut Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Moti Almoz, pria berusia 23 tahun tersebut akan bergabung dengan kelompok militan di Suriah.
"Kami yakin, ia merencanakan ini untuk menyeberang dan bergabung dengan kelompok di sana," ujar Almoz seperti dikutip Jerusalem Post, Minggu (25/10).
Dilansir
CNN, kabar ini awalnya didapat dari kicauan akun Twitter Pasukan Pertahanan Israel (IDF), @IDFSpokesperson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin: pos pengawas IDF mengidentifikasi seorang yang menggunakan paralayang memasuki Suriah. Sebuah penyelidikan mengindikasikan bahwa warga Arab-Israel tersebut menyeberang dengan tujuan tertentu," kicau IDF.
Setelah mendapat kabar ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, angkat bicara. Ia mengecam siapapun yang akan bergabung dengan kelompok musuh.
"Kemarin, seorang warga Israel menyeberangi perbatasan kami untuk bergabung dengan kelompok musuh di Suriah. Kami akan berupaya untuk mencabut kewarganegaraannya. Siapapun yang bergabung dengan kelompok musuh untuk bertempur melawan kami, tidak akan menjadi warga Israel," kata Netanyahu dalam kicauan berbahasa Ibrani melalui akun Twitter pribadinya, @netanyahu.
Dalam laman Facebook, kantor Netanyahu juga mengaku sudah mendapat perintah untuk mencabut kewarganegaraan pengguna paralayang tersebut.
"Kami akan mencabut kewarganegaraannya. Itu yang selalu kami lakukan dengan kasus semacam ini. Siapapun yang bergabung dengan musuh untuk melawan Israel, tidak akan menjadi warga negara Israel," tulis kantor Netanyahu.
Israel merebut wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah saat perang Arab-Israel pada 1967 dan hingga kini masih dalam status dianeksasi. Di daerah ini, berdiam 41 ribu penduduk, termasuk umat Yahudi, Druze, dan Alawis.
Badan Keamanan Israel, Shin Bet, menyatakan bahwa penduduk Arab-Israel memang sudah sering menyeberangi perbatasan untuk bergabung dengan kelompok militan, termasuk ISIS, di Suriah. Namun, ini merupakan kali pertama penyeberangan dilakukan dengan paralayang.
"Sudah ada beberapa kasus seperti ini. Ini kali pertama seseorang menggunakan paralayang. Hingga kini, puluhan warga Arab-Israel pergi ke Suriah, biasanya menggunakan pesawat ke Turki dan memasuki medan perang di Irak dan Suriah. Ini bukan karakteristik umum populasi Arab di Israel," tutur Menteri Pertahanan Israel, Moshe Ya'alon.
Sementara itu, keluarga dari pria tersebut mengaku tidak percaya bahwa saudara mereka menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok militan.
"Putra saya tidak pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok pemberontak. Saya yakin, ia akan pulang secepatnya," ujar sang ibu menurut seorang saksi mata kepada Jerusalem Post.
Seorang kerabat pria tersebut juga mengaku tak percaya mendengar kabar ini. Menurutnya, tak ada seorang pun di keluarga yang mengetahui bahwa pria tersebut dapat mengendarai paralayang.
"Tak ada orang di keluarga yang mengetahui bahwa dia belajar parasut. Polisi mengatakan kepada kami pagi ini bahwa ia membawa paralayang tersebut dan menyembunyikannya di mobil. Tak ada seorang pun dalam keluarga yang pernah melihat parasut itu. Ditambah lagi, Anda harus berlatih untuk terbang dengan parasut," katanya.
(stu)