Lacak Guru yang Bolos, Presiden Guatemala Akan Pasang GPS

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 28 Okt 2015 09:29 WIB
Presiden Guatemala yang baru terpilih, Jimmy Morales, berencana memasang GPS guna melacak jejak para guru untuk memastikan kehadiran mereka di sekolah.
Presiden Guatemala yang baru terpilih, Jimmy Morales, berencana memasang GPS guna melacak jejak para guru untuk memastikan kehadiran mereka di sekolah. (Reuters/Jorge Dan Lopez)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Guatemala yang baru terpilih pada Minggu (25/10) lalu, Jimmy Morales, berencana menerapkan kebijakan yang unik, yaitu melacak jejak para guru dengan alat pelacak global positioning system, atau GPS, untuk memastikan kehadiran guru di sekolah.

Tak hanya itu, Morales, 46, mantan pelawak yang sebelumnya sama sekali tidak punya pengalaman di pemerintahan, juga dikabarkan berencana membagi-bagikan ponsel pintar bagi anak-anak miskin.

"Tidak ada calon lain yang disebut dari badut menjadi seorang yang populis, tapi ponsel pintar merupakan ide yang paling tidak populis," kata Morales dalam sebuah wawancara pada Senin (26/10), sehari setelah kemenangannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Morales, yang akan resmi menjabat pada Januari mendatang juga berencana memulai program percontohan pembagian ponsel pintar di berbagai sekolah di 45 kota Guatemala. Menurutnya, pemerintah tidak akan mengeluarkan dana yang besar untuk menjalankan program ini.

"Kami akan memberikan (para perusahaan telepon) tempat untuk memajang logo dan iklan sebagai kompensasi terhadap mereka," kata Morales, sembari menambahkan bahwa dia telah mengontak sejumlah perusahaan operator telekomunikasi terbesar di negara itu, seperti Telefonica, Tigo dan Claro.

Menyuarakan kampanye antikorupsi, Morales terpilih sebagai presiden Guatemala setelah memenangkan 67,5 persen suara pada akhir pekan lalu.

Morales terpilih setelah warga Guatemala marah atas skandal korupsi yang menggulingkan mantan Presiden Otto Perez bulan lalu. Morales mengetengahkan janji antikorupsi dan posisinya sebagai orang di luar pemerintahan, hingga memenangkan mayoritas suara.

Meski demikian, banyak pakar meragukan kemampuan Morales karena hingga saat ini Morales minim berkomentar soal upayanya dalam memberantas aksi kekerasan antar geng maupun membendung arus imigran ke Amerika Serikat.

Morales menilai Guatemala sebagai negara dengan tingkat ekonomi terbesar di Amerika Tengah harus berfokus pada investigasi kriminal untuk mengatasi sejumlah kasus pelanggaran hukum, dan bukan menyerang militer. Kedekatan partainya terhadap militer memicu kekhawatiran militer akan memiliki peran besar dalam pemerintahnya selama empat tahun ke depan.

Beberapa pendiri dan sejumlah anggota parlemen dari partainya, Front Konvergensi Nasional (FCN), merupakan veteran militer. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di antara banyak warga Guatemala yang merupakan keluarga dan kerabat dari pembantaan ribuan warga adat Maya oleh tentara dalam perang sipil berdarah di Guatemala pada periode 1960-1996.

Morales menilai gaya militerisasi ala Honduras tidak akan berpengaruh di Guatemala, meskipun terbukti membantu membendung pertumpahan darah antar geng di negara tetangganya itu.

"Kami berfokus lebih pada investigasi kriminal. Berinvestasi dalam sektor keamanan tidak akan berguna jika sistem peradilan tidak bekerja," kata Morales dalam sebuah wawancara.

Muaknya rakyat Guatemala terhadap korupsi dan orang-orang lama dalam pemerintahan membuat Morales menang telak dalam pemilu akhir pekan lalu. (Reuters/Jorge Dan Lopez)
Morales menyarankan dibentuknya satu unit di militer untuk membangun jalan dan jembatan.

"Mengingat kini tidak ada perang, kita tidak perlu bertempur," kata Morales, sembari menambahkan bahwa Guatemala bisa menghemat uang dengan menggunakan alat militer untuk membangun infrastruktur.

Morales juga mengkritisi royalti sebesar satu persen dari para perusahaan pertambangan asing dan domestik kepada pemerintah, dan menilai sudah saatnya peraturan ini direvisi.

"Investor mungkin tidak tertarik, tapi mungkin juga Guatemala tak lagi tertarik membiarkan mereka mengambil emas dan nikel dengan harga yang sangat rendah," kata Morales.

"Saya tidak mengatakan 'tidak' untuk pertambangan," katanya menambahkan, sembari menolak menyebutkan batas waktu untuk menerapkan tinjuan itu.

Selain itu, sikapnya terhadap korupsi sangat jelas. Morales bersumpah mengaudit lembaga, meningkatkan anggaran Kejaksaan Agung dan membuat belanja pemerintah lebih transparan.

Dia juga berjanji untuk memperbaharui mandat PBB soal Komisi melawan Impunitas di Guatemala. Penyelidikn korupsi dalam mandat ini menemukan bahwa Perez terlibat korupsi senilai jutaan dolar. (ama/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER