Konsumerisme yang Mulai Mencuat di Negeri Kim Jong Un

Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 29 Okt 2015 12:31 WIB
Meski setiap sendi kehidupan dikontrol ketat oleh negara, pemerintah Korut tampaknya tak kuasa melawan laju perkembangan konsumerisme yang kini mulai tampak.
(Reuters/Damir Sagolj)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika mendiang pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il, membuka pusat perbelanjaan Pothonggang pada Desember 2010, ia menyebutnya akan berperan besar dalam meningkatkan standar kehidupan di ibu kota Pyongyang.

Lima tahun kemudian, dilihat dari antrian memanjang di dalam toko berlantai tiga yang menjual segala macam barang, dari barang elektronik, kosmetik, makanan dan peralatan rumah tangga itu, ekspektasi Kim Jong Il sepertinya tercapai.

Namun meningkatnya konsumerisme di Korut beriringan dengan berkembangnya pasar gelap di negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang reporter Reuters yang diizinkan mengunjungi toko itu dengan pendamping dari pemerintah mencatat bahwa harga barang-barang yang dijual tercantum dalam mata uang dolar dan won. Televisi seharga 11,26 juta won atau US$1.340, pompa air seharga 2,52 juta won atau US$300. Jumlah nilai tukar dolar dalam harga ini adalah 8.400 won per dolar—80 kali lebih tinggi dari nilai tukar resmi 105 won per dolar. Dengan nilai tukar resmi, maka televisi itu bisa bernilai lebih dari US$100 ribu.

Para pembeli meletakkan sejumlah uang dalam dolar di depan kasir toko. Mereka menerima kembalian dalam dolar, yuan China atau won Korea Utara—dengan nilai pasar gelap.

Di taksi, atau toko-toko, hal yang sama juga berlaku. Orang-orang menganjurkan untuk menukar uang dolar di pasar gelap.

Selama dua puluh tahun terakhir, Korea Utara mengalami perubahan ekonomi, dan dalam beberapa tahun terakhir, tingkat konsumerisme negara itu meningkat signifikan. Orang-orang beramai-ramai membeli telepon genggam, sepeda listrik, atau kereta dorong bayi.

Dan salah satu sinyal terakhir bahwa Korut mulai terbawa arus kapitalisme, adalah munculnya kartu debit dari bank-bank komersial.

Tinggal tunggu waktu

Ketika sektor komersial sudah membludak, makan hampir bisa dipastikan, sektor periklanan akan menyusul. Berada di tengah petunjuk jalan, papan iklan berjejer, menggantikan yang tadinya hanya diisi pesan propaganda.

Dilansir Reuters, Kamis (29/10), sebuah perusahaan terkenal, Naegohyangm mengiklankan perusahaannya dalam pertandingan sepak bola dan memiliki klub sepak bola perempuan dengan nama sama. Perusahaan ini memproduksi dari pakaian dan pembalut perempuan, hingga rokok, yang sering diisap oleh Kim Jong Un dalam siaran televisi nasional.

Dalam pidato setelah peringatan 70 tahun Partai Pekerja Korea, Kim Jong Un memnjanjikan untuk mengenalkan politik “rakyat yang utama.” Meski masih tak jelas bagaimana ia dan partainya, serta militer Korut, akan bersikap pada reformasi ekonomi yang berbasis pasar seperti yang sekarang berkembang.

Andrei Lankov, pakar Korut dari Universitas Kookmin di Seoul, Korsel, mengatakan hanya tinggal menunggu waktu hingga rezim Kim mengadopsi sistem ekonomi berbasis pasar, seperti yang dilakukan oleh China di bawah Deng Xiaoping 35 tahun lalu.

“Itu akan jadi hari yang hebat, namun ini akan tak punya arti dari satu sisi,” kata dia. “Itu akan jadi pengakuan formal atas sesuatu yang memangs udah terjadi.” (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER