Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara memang negara yang tertutup dan misterius, namun justru dua hal ini yang membuat para wisatawan tertarik. Melihat kenyataan ini, pemerintah Korut menargetkan lebih banyak lagi turis untuk mendulang pemasukan di sektor pariwisata.
Diberitakan Channel NewsAsia, Sabtu (24/10), departemen pariwisata Korut menargetkan satu juta wisatawan pada 2017 dan menaikkannya menjadi dua juta pada 2020.
Walau pengawasan yang ketat dan pembatasan pergerakan serta rumor pelanggaran HAM, wisatawan tetap berdatangan ke Korut dan jumlahnya meningkat setiap tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2005, hanya ada ratusan warga Barat yang mengunjungi Korut. Tapi tahun ini, 5.000 turis Barat menyambangi Korut, belum termasuk 100 ribu warga China yang berwisata ke negara itu setiap tahunnya.
Turis asal Malaysia Fann Saw dan suaminya adalah salah satu yang datang ke negara itu, terpancing oleh rasa penasaran terhadap Korut.
Tahun lalu Saw membayar US$2.000 untuk satu orang bagi wisata selama 12 hari di Korut. Tahun ini, mereka kembali lagi, merogoh kocek US$1.000 per orang untuk berwisata di Pyongyang selama lima hari.
"Kami sangat-sangat penasaran akan semua hal. Tahun lalu kami datang dengan rombongan besar sehingga tidak bisa mengambil banyak gambar. Kami ingin datang lagi untuk melihat lebih detail," ujar Saw.
Hal yang sama disampaikan oleh wisawatan Italia. "Kami hanya ingin melihat bagaimana rakyat di sini hidup dan sudut pandang mereka," kata dia.
Walau Korut masih didera kekeringan, darurat pangan dan listrik yang tidak merata, namun pemerintahan Kim Jong Un mempercepat pembangunan tempat-tempat hiburan di Pyongyang.
"Saya kira itu adalah cara paling cepat bagi Korut untuk mendapatkan uang. Korut dihujani sanksi oleh komunitas internasional, mulai dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang, bahkan sebagian China. Negara ini sangat butuh uang," kata Professor Cheng Xiaohe, ahli KOrut di Universitas Renmin, China.
Namun kendati wisata meningkat, Korut diprediksi masih akan sulit menangguk keuntungan dalam waktu cepat. Pasalnya, menurut Simon Cockerell, general manajer Koryo Tour, masih belum banyak pesawat ke negara itu, kereta juga jarang, serta kapasitas hotel belum mumpuni.
"Hukum yang mengharuskan turis ditemani pemandu wisata berarti jumlah turis juga dibatasi pemerintah. Tidak bisa ada seribu rombongan turis dalam sepekan karena tidak ada 2.000 pemandu wisata di negara itu," kata Cockerell.
Warga Korut sendiri saat diwawancara Channel NewsAsia mengaku senang dengan kedatangan turis asing ke negara mereka.
"Kami berharap lebih banyak warga asing lagi yang datang sehingga mereka bisa memahami situasi sebenarnya di Korut. Jadi kami menyambut baik mereka," kata seorang warga Korut.
(den)