Rusia Buka Kemungkinan Assad Lengser

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 04 Nov 2015 16:59 WIB
Meskipun terkesan sebagai pendukung rezim Bashar al-Assad, pejabat Rusia mengatakan itu bukan berarti Rusia mendukung presiden Suriah tersebut terus berkuasa.
Assad sudah bertandang ke Moskow, Rusia, untuk berdiskusi dengan Presiden Vladimir Putin untuk mengoordinasikan aksi melawan terorisme. (Alexei Druzhinin/RIA Novosti/Kremlin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun terkesan sebagai pendukung rezim Bashar al-Assad, pejabat Rusia mengatakan bahwa itu bukan berarti negaranya mendukung presiden Suriah tersebut terus berkuasa.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, pada Selasa (2/11) mengatakan bahwa rakyat Suriah harus menentukan sendiri siapa presiden mereka.

"Kami tidak mengatakan bahwa Assad harus pergi atau bertahan," ujar Zakharova kepada kantor berita Rusia, Sputnik, seperti dikutip CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini dilontarkan oleh Zakharova setelah pembicaraan damai antara setidaknya 18 pihak terkait di Austria. Dalam perundingan tersebut, diplomat senior Amerika Serikat dan Arab Saudi ingin sebuah peta politik di mana Assad harus segera lengser.

Dalam rencana tersebut, Assad akan menyerahkan kekuasaan ke pemerintah yang terpilih melalui pemilihan umum.

Namun, beberapa pihak tak sependapat ihwal kapan Assad harus turun takhta. Bahkan, beberapa pihak mempertanyakan apakah Assad memang harus lengser. Silang pendapat dianggap ini semakin mengusutkan masalah yang sebelumnya saja sudah rumit.

Sebelumnya, Assad sudah bertandang ke Moskow, Rusia, untuk berdiskusi dengan Presiden Vladimir Putin. Maksud perbincangan tersebut adalah untuk mengoordinasikan aksi melawan terorisme, label yang selalu disematkan oleh Assad untuk merujuk musuh-musuhnya.

"Rakyat Suriah sudah bertahun-tahun melawan teroris internasional ini sendirian," kata Putin.

Meskipun menunjukkan dukungan, Zakharova memastikan bahwa negaranya tak pernah membicarakan mengenai mempertahankan posisi Assad. "Tentu tidak. Kami tidak pernah berbicara mengenai itu," ucapnya.

Zakharova lantas kembali berfokus pada isu terorisme. Menurutnya, para diplomat tersebut harus menentukan daftar kelompok yang mereka anggap teroris dalam pertemuan selanjutnya.

ISIS memang merupakan musuh bersama. Namun, selama ini AS dan koalisi serangan udaranya tidak sepakat dengan Rusia yang diduga juga turut menggempur kelompok militan lain yang jadi korban ketidakadilan rezim Assad.

"Keputusan mengatakan bahwa para ahli di bidang terorisme harus mengadakan konsultasi untuk mencapai kesepakatan dalam isu ini," katanya.

Pernyataan ini dianggap semakin mengaburkan sikap Rusia. Pekan lalu, Kepala Intelijen Nasional AS, James Clapper, juga mengaku belum memahami strategi Rusia.

"Saya pribadi mempertanyakan apakah ia memiliki strategi jangka panjang atau ia sangat oportunis. Saya rasa intervensinya di Suriah juga merupakan manifestasi dari itu," katanya. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER