Kondom Gratis Macet, Pekerja Seks India Terancam HIV/AIDS

Melodya Apriliana/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 06 Nov 2015 15:26 WIB
Sebelumi ini, program AIDS India sebenarnya mendapat pujian karena berhasil menurunkan tingkat infeksi bagi pekerja seks.
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika memenuhi permintaan kliennya di New Delhi, Shaalu kini menggunakan lebih sedikit kondom. Sebetulnya ia tak hendak berhemat, tetapi terhambatnya pendanaan serta pengadaan kondom pada program pencegahan HIV/AIDS India mendorongnya berbuat demikian.

"Sekarang saya lebih takut terkena HIV," ujar Shaalu, 32, perempuan pekerja seks yang kini terpaksa menjajakan seks tidak aman seiring langkanya kondom gratis, demi melunasi utangnya sebesar US$4.500 (setara Rp60,8 juta).

Di bawah program pencegahan AIDS berbasis masyarakat, India menyediakan kondom gratis kepada target-target yang berisiko tinggi terjangkit, seperti pekerja seks. Strategi itu diperkirakan Bank Dunia bisa membantu menangkal 3 juta orang dari infeksi HIV sepanjang 1995-2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun data pemerintah yang dirilis pekan lalu menunjukkan dua pertiga dari 31 negara bagian India hanya mendapat jatah kondom kurang dari sebulan, bahkan beberapa hari saja.

Padahal, suplai kondom yang teratur adalah kunci sukses program itu. Para ahli khawatir bahwa kelangkaan ini bisa memicu semakin masifnya seks tak aman dan infeksi virus, terutama di kalangan tak mampu.

Virus defisiensi kekebalan tubuh manusia, alias HIV yang menyebabkan AIDS dapat menular lewat darah, air susu ibu, atau seks tak aman. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit yang belum ditemukan obatnya itu membunuh 139 ribu orang di India serta 1,5 juta di dunia pada tahun 2013.

"Tidak adanya pelindung bagi mereka yang paling membutuhkan adalah bencana," ujar Mona Mishra, aktivis pelaksana kampanye Momentum AIDS nasional, dilansir dari Reuters pada Jumat (6/11).

Kelangkaan ini terjadi pasca Perdana Menteri Narendra Modi memangkas anggaran federal untuk AIDS Februari lalu. Modi berharap negara bagian masing-masing akan mengisi kekurangannya, namun pemotongan ini justru dilakukan saat wilayah-wilayah penerima dana tengah menghadapi keterlambatan pendanaan.

Pejabat dari Organisasi Kontrol AIDS Nasional India (NACO), pelaksana program itu, menyalahkan pemotongan anggaran federal dan keterlambatan penyediaan dari tender, yang akhirnya ditarik akibat ketidakcocokan teknis.

Tingkat infeksi AIDS turun

Kondom memang dijual murah di pasaran, namun perempuan pekerja seks acap kali ragu membelinya di apotek akibat norma sosial yang ada.

Perempuan yang kebanyakam datang dari kalangan ekonomi rendah itu terpaksa melakukan seks tak aman jika si klien tidak membawa kondom sendiri, kata Kusum, kepala Jaringan Pekerja Seks India yang mewakili 200 ribu perempuan.

Di Maharashtra, barat India, stok kondom gratis bahkan hanya seperdelapan dari kebutuhan bulanan sebanyak 3,3 juta kondom per tanggal 17 Oktober.

Meski tersendat di sana-sini, program AIDS India sebenarnya menuai pujian dunia. Tingkat infeksi HIV di kalangan perempuan pekerja seks turun hingga setengahnya ke angka 2,67 persen selama 2007-2011, dan terus meluncur dalam beberapa tahun belakangan.

Pejabat NACO di New Delhi berpendapat suplai kondom gratis mesti meningkat dalam 15-20 hari ke depan.

Namun bagi Shaalu, bukan nama sebenarnya, pemangkasan anggaran AIDS dan kelangkaan kondom adalah syok ganda. Sebagai "tutor sebaya" yang mempromosikan seks aman kepada sesama perempuan pekerja seks, gaji bulanan sebesar 3000 rupee (senilai Rp622 ribu) terakhir kali diterimanya April lalu.

"Setidaknya pemerintah harus memberi kami kondom supaya kami dapat menghasilkan uang," katanya. "Jika kami terinfeksi, kami akan mati." (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER