ISIS Klaim Eksekusi Dua Sandera Asal China dan Norwegia

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2015 10:48 WIB
Dalam majalah propagandanya, kelompok militan ISIS mengklaim telah mengeksekusi mati dua sandera, yaitu seorang warga negara Norwegia dan China.
Ilustrasi kelompok militan ISIS (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS mengklaim telah mengeksekusi mati dua sandera, yaitu seorang warga negara Norwegia dan China. Dalam majalah propagandanya versi bahasa Inggris, Dabiq, yang terbit Rabu (19/11) terlihat dua jenazah pria di bawah spanduk bertuliskan "Dieksekusi."

Majalah yang terbit secara daring itu tidak memberikan rincian lebih lanjut soal cara, waktu dan tempat para korban itu dieksekusi.

Dalam edisi Dabiq sebelumnya, ISIS menunjukkan gambar dua pria yang disebut warga Norwegia dan China, tengah mengenakan pakaian kuning dan dengan kepala dicukur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ISIS menyebut pemerintah para sandera ini telah "meninggalkan" mereka, meskipun begitu ISIS berniat "menjual" mereka dan meminta uang tebusan kepada siapa pun yang menginginkan pembebasan mereka.

Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg menyatakan dalam konferensi pers di Oslo bahwa pria Norwegia yang dieksekusi tersebut diidentifikasi oleh kementerian luar negeri bernama Ole Johan Grimsgaard-Ofstad.

Pada September lalu, Solberg menyatakan seorang warga Norwegia disandera di Suriah sejak Januari dan diyakini berada dalam sanderaan ISIS, yang kini menguasai sebagian wilayah di Irak dan Suriah.

"Kami mengutuk pembunuhan itu, " kata Solberg, sembari menambahkan pemerintah Norwegia kini masih berupaya memverifikasi informasi ini lebih lanjut.

Menteri Luar Negeri Norwegia, Boerge Brende menambahkan pemerintah Norwegia tidak memiliki alasan untuk meragukan foto yang diterbitkan Dabiq itu.

September lalu, Solberg mengatakan Norwegia tidak berniat untuk membayar uang tebusan bagi pembebasan Grimsgaard-Ofstad. Dia mengatakan pria berusia 40 tahun itu telah berulang kali ditangkap oleh sejumlah kelompok militan sejak dia menghilang.

China murka

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei mengatakan Beijing "sangat terkejut" akan laporan tersebut. Dalam sebuah pernyataan di situs kementerian, Hong menyatakan pemerintah China telah berusaha untuk menjamin pembebasan sandera, namun sang sandera telah "dibunuh dengan cara brutal."

Sejak September lalu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa salah satu warganya nampaknya berada dalam sanderaan ISIS.

Kelompok militan ISIS sebelumnya mengidentifikasi pria China ini bernama Fan Jinghui dan mengatakan dia merupakan seorang konsultan lepas berusia 50 tahun asal Beijing.

Hong mengkonfirmasi identitas pria itu bernama Fan Jinghui, dan menyebut Fan telah "dibunuh secara kejam."

"Pemerintah China mengutuk keras tindakan biadab tanpa perikemanusiaan ini dan tentu akan membawa para penjahat ke pengadilan," kata Hong.

"Pemerintah China dengan tegas akan menentang segala bentuk terorisme, dan tegas menyerang setiap kekerasan kriminal teroris yang menentang dasar kemanusiaan," bunyi pernyataan dari Hong.

"China akan terus memperkuat kerja sama kontraterorisme dengan masyarakat internasional untuk memelihara perdamaian dan ketenangan di dunia," ujar Hong menambahkan.

Media milik pemerintah China, Beijing News, melaporkan Fan mungkin seorang mantan eksekutif periklanan yang tinggal di pinggiran barat Beijing, tetapi perusahaannya ditutup pada 2003. Hingga saat ini belum jelas alasan dia berada di Timur Tengah.

Sementara itu, pemerintah China menuduh sejumlah etnis Muslim Uighur di Xinjiang sebagai militan yang bergabung dengan sejumlah kelompok radikal di Timur Tengah.
(ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER