Dua Pria Menyandera 170 Orang di Hotel Mali

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2015 18:00 WIB
Dua pria bersenjata melakukan serangan dan menyandera 140 tamu dan 30 karyawan di hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, pada Jumat (20/11).
Ilustrasi penembakan. (Thinkstock/Alexei Novikov)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dua pria bersenjata menyandera 140 tamu dan 30 karyawan di hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, pada Jumat (20/11).

Grup hotel Rezidor yang menaungi hotel Radisson Blu di Bamako memberikan konfirmasi penyanderaan di hotel melalui pernyataan resminya. "Menurut informasi yang kami terima, dua orang menyandera 140 klien dan 30 karyawan," demikian kutipan pernyataan resmi dari Grup Rezidor.

Diberitakan Reuters, hotel Radisson Blu merupakan hotel mewah yang biasa dikunjungi oleh turis asing. Penginapan itu terletak di tengah ibu kota, sangat dekat dengan daerah berdirinya kantor-kantor kementerian dan diplomat.
Menurut keterangan sumber petugas keamanan, para penyerang memasuki hotel dengan mobil berpelat nomor diplomatik. "Semua terjadi di lantai tujuh. Jihadis melakukan penembakan di koridor," kata sumber anonim tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa negara mulai mengklaim keberadaan warganya di dalam hotel tersebut.

Kantor berita Xinhua mengabarkan bahwa ada beberapa warga China di dalam hotel tersebut.

"Seorang tamu China dengan nama keluarga Chen mengatakan kepada Xinhua melalui aplikasi WeChat bahwa ia termasuk dalam salah satu tamu China yang terperangkap di dalam hotel," demikian kutipan pemberitaan Xinhua.

Pemerintah Turki juga mengonfirmasi bahwa ada enam staf Turkish Airlines di dalam Hotel Radisson Blu. "Ada enam personel Turkish Airlines di dalam hotel itu," ucap seorang pejabat Turki kepada Reuters.
Beberapa saksi mata mengatakan bahwa polisi mengepung hotel tersebut dan menutup jalan yang menghubungkan lokasi kejadian dengan tempat lain.

"Pagi-pagi sekali ada tembakan senjata. Agaknya itu merupakan upaya untuk menyandera. Ada polisi di sana dan mereka menutup wilayah itu," ujar seorang sumber keamanan yang tak diungkap identitasnya.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bamako pun menginstruksikan warganya yang berada di Mali untuk tetap berada di dalam tempat aman.

Sejak 2012, bagian utara Mali dikuasai oleh militan Islam, beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan Al-Qaidah. Meskipun sudah dipukul mundur dengan bantuan operasi militer pimpinan Perancis, kekerasan sporadis tetap terjadi.

Pada Maret lalu, sebuah kelompok Islam mengklaim sebagai dalang di balik serangan yang menewaskan lima orang di sebuah restoran padat pengunjung asing di Bamako.
(stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER