Jakarta, CNN Indonesia -- Tokoh oposisi Argentina, Mauricio Macri, dinyatakan memenangi pemilihan umum presiden pada Minggu (22/11), mengalahkan kandidat dari partai berkuasa, Daniel Scioli.
Kemenangan dipastikan setelah badan pemilu Argentina mengumumkan bahwa Macri meraih 52,1 persen dukungan dan Scioli 47,9 persen, sementara proses penghitungan sudah mencapai 91,5 persen dari keseluruhan tempat pemungutan suara.
Setelah partai Scioli mengakui kekalahan, pendukung Macri langsung berkumpul di Obelisk di jantung Buenos Aires.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah awal dari era baru yang harus membawa kita menuju kesempatan yang harus kita proses dan tumbuhkan," ujar Macri disambut gelegar musik Latin di markasnya yang sudah dihiasi balon biru langit, warna bendera Argentina.
Di tengah ketakutan akan kemerosotan ekonomi, meningkatnya kejahatan, dan korupsi, Macri memang sudah menarik simpati publik dengan kampanye reformasi bisnis dan investasinya, jauh di atas Scioli yang berada di bawah naungan partai Presiden Cristina Fernandez.
Selama kampanye, Scioli selalu mengingatkan bahwa aturan ortodoks Macri mirip dengan apa yang menghantui krisis ekonomi Argentina pada 2000-2002.
Namun, dengan perekonomian merosot tajam dan inflasi lebih dari 20 persen, rakyat butuh perubahan segera.
Macri lantas muncul dengan janji membawa Argentina ke pasar lebih bebas setelah 12 tahun berada di bawah kombinasi populisme kiri Fernandez dan mendiang suaminya, Nestor Kirchner, yang menjabat sebagai presiden pada 2009-2010.
Dilarang menjadi presiden selama tiga periode berturut-turut, Fernandez akan turun jabatan, meninggalkan rakyatnya terbagi menjadi dua kelompok besar. Satu pihak mendukung aturan perlindungan hak pekerja Fernandez, sementara yang lain justru menyalahkan kebijakannya sebagai penyebab lemahnya pertumbuhan ekonomi.
Bayang-bayang presidenSebagai seorang moderat dalam gerakan Peronis, Scioli gagal memenangkan suara kaum menengah ke bawah karena tak dapat keluar dari bayang-bayang Fernandez ketika kampanye.
Dalam kampanyenya, Scioli lebih banyak berbicara mengenai program kesejahteraan sosial dan subsidi energi. Sementara itu, ia dianggap hanya membuat perubahan kecil terhadap kontrol modal dan perdagangan.
Dua hal tersebut dianggap merusak kepercayaan publik terhadap yang sebelumnya menganggap Scioli adalah agen perubahan.
"Scioli tidak membedakan dirinya dengan Fernandez sehingga rakyat mulai berhenti melihatnya sebagai perubahan dan mereka akhirnya memilih Macri," kata pengamat politik, Mariel Fornoni.
Kendati demikian, pergeseran kekuasaan di Argentina disinyalir akan menggema di seluruh Amerika Selatan, di mana pemerintahan berhaluan kiri, seperti Venezuela dan Brasil, juga tengah berusaha mengakhiri kesalahan manajemen komoditas dan finansial.
Macri juga sangat disukai oleh investor. Pergeseran kekuasaan ini diprediksi akan meningkatkan harga aset pada Senin (23/11).
"Investor asing mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kemenangan Macri merupakan sinyal berhentinya konfrontasi dan kesalahan manajemen ekonomi pada masa Kirchner dan Fernandez," ucap analis asal Washington, Gary Kleiman.
Kleiman pun optimistis bahwa pasar saham Argentina akan berjaya pada akhir tahun ini.
"Pasar saham dan obligasi akan bersinar pada tahun baru, tapi warisan kekacauan mata uang dan fiskal serta antagonisme investor masih akan terus melingkupi politik Peronis yang ada di aparatur negara," kata Kleiman.
(den)