Jakarta, CNN Indonesia -- Bill Gates dan beberapa pengusaha terkaya dunia bergabung dengan berbagai kepala negara maju dan berkembang dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim di Paris, Perancis, menyerukan investasi dalam teknologi energi bersih.
Kepala negara dari Amerika Serikat, Perancis, India, dan Indonesia serta 16 negara lainnya berjanji akan menggandakan dana sebesar US$10 miliar atau senilai Rp135 triliun yang berhasil dikumpulkukan untuk penelitian dan pengembangan energi bersih dalam lima tahun ke depan, menyoroti pentingnya peran teknologi dalam penerapan energi bersih.
Presiden AS Barack Obama, Presiden Perancis Francois Hollande dan Perdana Menteri India Narendra Modi akan meluncurkan inisiatif Misi Inovasi pada hari pertama KTT Iklim PBB yang bertajuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of The Parties ke-21 (COP21).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pemimpin negara pada Senin (30/11) akan tampil bersama Gates, pendiri Microsoft dan dermawan, yang akan meluncurkan upaya sektor swasta untuk mempercepat tahap awal penerapan teknologi energi bersih.
Gates akan meluncurkan Breakthrough Energy Coalition atau Koalisi Terobosan Energi, kelompok yang terdiri dari 28 investor swasta yang berasal dari berbagai wilayah, mulai dari Silicon Valley hingga Afrika Selatan, yang bersedia berinvestasi miliaran dolar berupa "modal yang berisiko dan fleksibel" untuk berupaya membawa teknologi energi bersih ke pasar.
"Modal yang lebih banyak pada tahap awal akan mendorong berbagai terobosan yang akan berujung penurunan harga," kata Brian Deese, penasihat senior Obama ketika mengumumkan inisiatif sektor swasta untuk menanggulangi perubahan iklim, di Washington.
Anggota lain dari Koalisi Terobosan Energi termasuk pendiri Facebook Mark Zuckerberg, Kepala Alibaba Jack Ma, CEO Amazon Jeff Bezos, ketua Tata Sons (perusahaan induk Tata Group) Ratan Tata, dan miliuner asal Afrika Selatan Patrice Motsepe dari African Rainbow Minerals.
Para investor ingin menjembatani antara janji awal konsep energi baru dan komersialisasinya menjadi teknologi yang layak, yang tidak dapat dijembatani oleh "baik dana pemerintah maupun investasi swasta konvensional," bunyi pernyataan dari kelompok tersebut.
Sejak 2010, Gates vokal menyerukan soal pengembangan dan penelitian energi bersih, sebagai jawaban untuk mengurangi emisi karbon dan penyediaan akses energi kepada lebih dari 1 miliar penduduk dunia.
"Perusahaan swasta pada akhirnya akan mengembangkan terobosan energi ini, tapi pekerjaan mereka akan bergantung pada jenis penelitian dasar yang hanya dapat didanai oleh pemerintah," kata Gates dalam sebuah pernyataan.
Pemerintah AS saat ini berinvestasi sekitar US$5 miliar pada pengembangan dan penelitian energi bersih. Departemen Energi AS tengah meluncurkan program ARPA-E untuk melakukan penelitian tahap awal sejumlah teknologi seperti baterai maju, fusi dan nanoteknologi.
China, penghasil emisi terbesar dunia dan negara-negara Timur Tengah penghasil utama minyak dunia seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, serta Uni Eropa, Kanada, Indonesia, Korea dan Jepang turut mendandatangani kesepakatan ini. Negara-negara mewakili 80 persen dari upaya pengembangan dan penelitian energi bersih dunia.
Investasi awal kelompok swasta ini akan menargetkan pembangkit listrik dan penyimpanan, transportasi, keperluan industri, pertanian dan efisiensi energi.
(stu)