Jakarta, CNN Indonesia -- Sembilan orang anggota kelompok teroris Ansar al-Khalifa yang telah berbaiat kepada ISIS tewas usai baku tembak dengan tentara pemerintah di kota Palimbang, Sultan Kudarat, Filipina, pada Kamis (26/11). Satu di antaranya diduga warga negara Indonesia.
Menurut komandan brigade angkatan laut Filipina, Kolonel Emmanuel Salamat, baku tembak bermula sekitar pukul 5.30 pagi hingga 9.30 pagi waktu setempat di Sitio Sinapingan, Barangay Butril, kota Palimbang.
Pasukan gabungan kepolisian dan militer hendak memberikan surat penangkapan ketua kelompok itu, Mohamad Jaafar Sabiwang Maguid alias "Abu Gaib", ketika kelompok itu menyerang. Maguid dipidana atas pemerasan, pembakaran, pembunuhan, pencurian ternak, dan perampokan bersenjata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maguid berhasil kabur, sementara sembilan anak buahnya tewas. Di kamp persembunyian mereka itu, pasukan berhasil menemukan senjata api, termasuk senapan jarak jauh Barrett, M-16, 45 pistol, berikut sejumlah bendera ISIS dan dokumen bernilai intelijen tinggi lainnya.
Salah satu korban tewas dalam peristiwa itu diyakini adalah Sucipto Ibrahim Ali, pembuat bom dari kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang memiliki relasi langsung dengan ISIS.
Dilansir dari The Standard, seorang sumber intelijen menyebut Sucipto merupakan anggota inti Ansar al-Khalifa bersama lima warga Malaysia dan tiga warga Suriah. Sucipto diduga menerima sumbangan internasional untuk operasinya di Filipina dan Indonesia.
Ansar al-Khalifa terdiri dari sejumlah kelompok militan lokal yakni Abu Sayyaf, Tentara Kemerdekaan Islam Bangsamoro, Pergerakan Sulaiman Raya, dan kelompok jihad lainnya yang berbaiat kepada ISIS.
Penasihat Keamanan Nasional Filipina, Cesar Garcia menganggap tewasnya Sucipto sebagai kemenangan besar dalam perlawanan global terhadap terorisme. Tetapi bagi juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, Kolonel Restituto Padilla, mereka hanyalah kelompok pembelot yang mengaku berhubungan dengan ISIS.
"Kelompok ini mencoba menunggangi popularitas ISIS, namun mereka bukan ISIS. Mereka hanya geng kriminal," katanya, dikutip dari media Filipina, Rappler.
Namun sumber intelijen mengungkapkan bahwa ISIS memang sedang membangun kekuatan di Asia Tenggara, sebagai bagian dari rencana operasinya di seluruh dunia.
"ISIS punya kemampuan mengerahkan aksi (di sini) dengan tingkat yang sama seperti yang mereka lakukan di Eropa, Afrika, dan Timur Tengah," ujar sang sumber, sembari menyebut sejumlah serangan ISIS lainnya, seperti di Perancis, Mali, Afrika Barat, dan Tunisia.
Juru bicara militer regional, Mayor Filemon Tan mengatakan Filipina tengah memastikan apakah benar salah satu korban tewas adalah warga Indonesia. Pihak berwenang Malaysia juga telah bekerja sama dengan Filipina untuk menjegal lima warganya yang kerap merekrut warga Malaysia untuk dikirim ke Suriah dan Irak.
Operasi penangkapan tersebut dilancarkan melalui Kelompok Aksi Gabungan (AHJAG) yang terdiri dari tentara pemerintah dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) demi melemahkan pemberontak yang bersembunyi di atau sekitar komunitas MILF.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal ketika dihubungi CNN Indonesia pada Senin (30/11) menyatakan belum dapat mengkonfirmasi soal adanya WNI yang tewas dalam baku tembak ini. (ama)