Jakarta, CNN Indonesia -- Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB bertajuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of The Parties ke-21 (COP21) tengah digelar di Paris, Perancis, sejak Senin (30/11).
Lebih dari 150 pemimpin dunia hadir pada perhelatan besar itu, berbekal janji dan harapan untuk menahan laju peningkatan suhu bumi, dua pekan selepas meletusnya serangan berdarah oleh kelompok militan ISIS di Paris yang merenggut nyawa 130 orang.
Bagi sang tuan rumah, Presiden Perancis Francois Hollande, ada kaitan erat antara perlawanan terhadap terorisme dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak bisa memisahkan perlawanan terhadap terorisme dari perlawanan terhadap pemanasan global," ujarnya pada pembukaan konferensi internasional tersebut, dilansir dari Reuters.
"Ada dua tantangan besar yang harus kita hadapi. Selain mewariskan dunia yang bebas dari teror, kita juga berhutang planet yang bebas malapetaka kepada anak-anak kita," ujar Hollande.
Hollande menilai perdamaian dunia sedang berada di ujung tanduk dalam pertemuan itu. Setelah upaya negosiasi yang alot selama puluhan tahun dan diwarnai kegagalan pada KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen, Denmark, enam tahun lalu, sejumlah kesepakatan penting telah muncul, namun hasilnya masih akan dipastikan di penghujung pertemuan pada pertengahan Desember mendatang. Bagaimanapun itu, bagi Hollande kesepakatan harus jelas.
Hollande berkali-kali menyebut bahwa kesepakatan untuk menjaga suhu bumi tetap di bawah 2 derajat Celcius mesti "universal, berbeda, dan mengikat," dengan negara-negara kaya yang berkontribusi lebih ketimbang yang miskin.
"Untuk mengatasi krisis iklim, niat dan pernyataan saja tidak cukup," ujar Hollande mengingatkan para pemimpin dunia bahwa masa depan kemanusiaan ada di pundak mereka.
"Kita berada di titik penentuan," kata Hollande.
(ama)