Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat dan China akhirnya mencapai kesepakatan mengenai panduan untuk kerja sama dalam atasi kejahatan siber dan kegiatan berbahaya di dunia maya.
Seperti diberitakan Reuters, kesepakatan ini tercapai dalam pembicaraan di Washington yang dihadiri oleh Loretta Lynch selaku Jaksa Agung AS, Jeh Johnson sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, dan Menteri Keamanan Publik China, Guo Shengkun, pekan ini.
Kementerian Kehakiman AS pada Rabu (2/12) mengatakan sebagai tindak lanjut dari kesepakatan ini, pada musim semi mendatang kedua negara akan mengadakan pelatihan. Mereka menggunakan sejumlah skenario yang didesain untuk meningkatkan pengertian, respons, dan kerja sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembicaraan ini merupakan tindak lanjut dari persetujuan antar kedua negara pada September lalu. Tahap selanjutnya akan digelar pada Juni mendatang.
Menurut Kementerian Keamanan Publik China, kesepakatan ini akan memberikan pengaruh besar terhadap implementasi keamanan internet. Kedua negara pun sepakat untuk selalu mengadakan diskusi terbuka mengenai kejahatan dunia maya ini.
Dalam pernyataan ini, tak disinggung masalah laporan kantor berita China, Xinhua, bahwa ada peretas yang dapat menembus data sensitif dari pejabat di Kantor Manajemen Personalia AS (OPM) tahun lalu. Xinhua memberitakan bahwa peretasan tersebut murni kriminal, tak ada campur tangan pemerintah.
Sebelumnya, pejabat AS sudah mengatakan bahwa mereka tak menemukan bukti apapun yang menunjukkan peretasan data OPM tersebut digunakan untuk maksud jahat.
Sementara itu, Washington Post melansir bahwa puluhan orang sudah ditahan atas tuduhan kasus serupa. Dari seluruh kasus tersebut, setidaknya data dari 22 juta pekerja federal AS ditembus.
Pihak yang dekat dengan pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa mereka yakin bahwa peretasan tersebut merupakan proyek intelijen yang dibiayai pemerintah.
(stu/stu)