Jakarta, CNN Indonesia -- Selepas insiden tembakan peringatan antara kapal milik Rusia dan Turki di Laut Aegean pada akhir pekan lalu, Ankara melalui Menteri Luar Negeri Turki mengatakan bahwa kesabaran mereka terhadap Rusia "ada batasnya".
"Punya kami 'kan cuma kapal nelayan, saya merasa reaksi kapal angkatan laut Rusia itu berlebihan," kata Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu dalam wawancara kepada harian Italia, Corriere della Sera.
Sebelumnya, pada Minggu (13/12) pagi, kapal perang Rusia, Smetlivy, terpaksa melepaskan tembakan peringatan ke sebuah kapal Turki di Laut Aegean untuk menghindari tabrakan. Rusia mengaku telah memanggil atase militer Turki atas insiden tersebut.
"Rusia dan Turki tentu harus membangun kembali kepercayaan yang pernah kita miliki, tetapi kesabaran kami ada batasnya," ujar Cavusoglu, Senin (14/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa tersebut nampaknya bakal menambah ketegangan keduanya yang tengah berseteru seputar Suriah dan penembakan jet Rusia oleh Turki bulan lalu.
Menurutnya, Rusia telah "menempatkan dirinya sendiri di posisi yang bodoh", berkat tuduhan yang dilontarkan Presiden Vladimir Putin bahwa Turki menembak jatuh jetnya demi melindungi pasokan minyak dari kelompok militan ISIS. "Tidak ada yang memercayainya," kata Cavusoglu yakin.
Intervensi militer Rusia di Suriah pun dikomentari miring oleh Cavusoglu. Ia berpendapat agresi militer bukan upaya untuk menghabisi ISIS, melainkan menopang kekuasaan Presiden Bashar al-Assad.
"Sayangnya, keberadaan Rusia di Suriah bukan untuk melawan teroris," ujarnya, menambahkan bahwa hanya 8 persen dari serangan udara Rusia yang bertujuan menggempur ISIS, sementara 92 persen sisanya ditujukan bagi kelompok pemberontak musuh Assad.
Bagi Cavusoglu, serangan udara yang ada belum cukup untuk memberangus ISIS, dan pasukan darat diperlukan untuk melakukannya.
(stu)