Jakarta, CNN Indonesia -- Pembebasan seorang pejabat senior pemerintahan Yaman menjadi salah satu isu panas dalam pembicaraan damai dengan kelompok pemberontak al-Houthi yang berlangsung di Swiss, Kamis (17/12).
Pembicaraan damai dimulai Selasa lalu, berbarengan dengan dimulainya gencatan senjata di Yaman. Langkah ini diharapkan bisa mengakhiri pertempuran yang sudah berlangsung selama sembilan bulan, menewaskan hampir 6.000 orang dan menelantarkan jutaan lainnya.
Maret lalu, Arab Saudi bersama negara sekutunya melancarkan serangan udara untuk mengempur Houthi dan membantu mengembalikan legitimasi pemerintahan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber Reuters mengatakan bahwa dialog langsung kedua pihak tertunda sejak Rabu kemarin, setelah Houthi menolak membebaskan para pejabat senior, termasuk Menteri Pertahanan Mahmoud al-Subaihi dan saudara Hadi, Nasser.
Baik Subaihi dan Nasser bertanggung jawab atas operasi intelijen di Aden, Lahej dan Abyan, yang berada di tangan Houthi sejak Maret.
Houthi mengatakan mereka akan membebaskan para sandera setelah gencatan senjata permanen disetujui.
Bentrok saat gencatan senjataDi Marib, Yaman, pertempuran besar terjadi semalaman, petugas medis dan anggota suku mengatakan setidaknya 15 orang tewas dari kedua pihak, Houthi dan pemerintah.
Serangan udara dari Houthi juga terjadi di Hajja, kota perbatasan dengan Saudi.
Kedua pihak bertikai saling menuduh satu sama lain melanggar perjanjian gencatan senjata. Pada Rabu, juru bicara koalisi pimpinan Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed al-Asseri, menuding Houthi melakukan 150 pelanggarn sejak Selasa dan meminta PBB menyelamatkan gencatan senjata.
Namun pada Kamis, Houthi dan milisi Southern Resistance—yang mendukung Hadi—bertukar tawanan. Houthi disebut membebaskan 265 warga Yaman selatan sementara Southern Resistance membebaskan 300 anggota Houthi, 40 diantaranya masih remaja.
(stu)