Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS di Afghanistan timur mengumumkan perekrutan baru melalui siaran radio, sebuah langkah untuk memperkuat kelompok militan ini dan bersaing dengan kelompok militan Taliban yang berbasis di negara ini.
Dilaporkan Reuters, para pejabat setempat mengaku khawatir dan prihatin dengan siaran radio propaganda ISIS yang mendorong kaum muda untuk menyalurkan aspirasi mereka melalui kelompok radikal yang menebar teror.
Para pejabat khawatir ISIS dapat memanfaatkan rasa putus asa para pemuda Afghanistan di tengah semakin sulitnya kondisi ekonomi di negara itu, dengan mengangkat senjata dan berperang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar rakyat kita pengangguran dan [siaran] radio ini akan mendorong banyak orang untuk bergabung dengan barisan mereka," kata Ahmad Ali Hazrat, kepala dewan provinsi di Nangarhar, Senin (20/12).
"Sekarang Daesh [bermarkas] sekitar tujuh kilometer di luar kota Jalalabad, dan jika pemerintah tidak segera bertindak, [mereka] akan memperluas siaran dan merekrut anggota dari Kabul," katanya, menggunakan istilah Daesh, yang banyak digunakan untuk mengganti sebnutan ISIS.
Propaganda ISIS itu disiarkan melalui siaran radio berbahasa lokal, Pashto, dan berdurasi 90 meni. Acara yang disebut "Suara Khilafah" ini, sebagian besar terdiri dari wawancara, pesan dan lagu-lagu tentang ISIS.
Siaran radio ini dapat didengar di Nangarhar, provinsi timur Afghanistan yang diduga terdapat kubu ISIS.
ISIS dilaporkan mengendalikan sejumlah wilayah yang berhasil direbut dari Taliban, yang mencari cara untuk membangun kembali rezim mereka setelah digulingkan oleh intervensi militer pimpinan AS pada 2001.
Dalam salah satu program, anggota ISIS menyatakan siaran radio ini merupakan upaya untuk melawan citra negatif dari kelompok mereka, karena sejumlah laporan kekerasan yang ekstrem.
"Ada banyak proyek untuk mencemarkan nama baik kita," kata anggota ISIS yang menyebut dirinya bernama Jan Aqa Shafaq.
"Sebagian besar generasi muda kita, merupakan 'pemuda lipstick' yang mencukur habis jenggot mereka dan mengenakan pakaian yang tak ada bedanya dengan perempuan, mereka membuat propaganda seperti itu," kata anggota ISIS itu.
Di Afghanistan, ISIS merupakan kekuatan militan yang relatif baru, dan diperkirakan belum begitu kuat. Namun, hingga saat ini belum terdapat informasi soal jumlah anggota ISIS di Afghanistan, dan seberapa dekat keterkaitan ISIS di Afghanistan dengan ISIS di Irak dan Suriah.
Para petugas keamanan menyatakan banyak anggota mantan anggota Taliban mencari kepemimpinan baru atau kelompok militan baru yang lebih ekstrem.
Pekan lalu, komandan pasukan internasional di Afghanistan, Jenderal AS John Campbell, menyatakan terdapat sekitar 1.000 hingga 3.000 anggota militan di Afghanistan dan pengaruhnya akan semakin melebar jika dibiarkan.
Para pejabat di Nangarhar menyatakan mereka sejauh ini tidak dapat memblokir siaran radio propaganda ISIS, yang nampaknya dilakukan dari sejumlah lokasi yang berbeda.
"Mereka bergerak dari satu tempat ke tempat lain, sehingga mempersulit kami," kata Attaullah Khogyani, juru bicara gubernur Nangarhar.
(ama)