Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 90 wanita melaporkan bahwa mereka dirampok, diancam atau dilecehkan secara seksual saat perayaan Tahun Baru di luar katedral Cologne oleh sekitar para pemuda yang sebagian besar mabuk. Polisi menyatakan insiden ini merupakan "dimensi baru dalam kejahatan".
Kepala polisi Cologne, Wolfgang Albers menyatakan para pelaku merupakan sejumlah pria yang memiliki perawakan keturunan Arab atau dari wilayah Afrika Utara, dan sebagian besar berusia sekitar antara 18 dan 35 tahun. "Kami memiliki satu keluhan yang mewakili pemerkosaan," kata Albers menambahkan.
Komisaris integrasi Aydan Ozoguz memperingatkan agar warga tidak mencurigai atau menyalahkan insiden ini kepada ratusan ribu imigran, yang sebagian besar memasuki Jerman setelah melarikan diri dari negara asal mereka yang berkonflik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan terkejut atas insiden yang, menurut penjelasan polisi, terjadi ketika sekitar 1.000 pria yang terbagi dalam beberapa geng polisi berupaya membubarkan massa untuk menghentikan kembang api yang dilemparkan dari atas tangga dan mengarah ke kerumunan warga di bawahnya.
Wali kota Cologne, Henriette Reker menyatakan "tak bisa memercayai apa yang terjadi saat malam tahun baru" itu, tapi menegaskan bahwa hingga kini belum ada bukti bahwa para pelaku merupakan imigran.
Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas menyatakan Jerman tidak akan menerima serangan yang dia sebut "skala baru kejahatan yang terorganisir."'
Sekitar 150 warga berkumpul di depan katedral Cologne pada Selasa (5/1) malam untuk memprotes kekerasan terhadap perempuan. Sebagian pendemo mengusung papan bertuliskan, "Merkel, di mana Anda? Apa yang Anda katakan sekarang? Ini membuat kami takut!"
Jerman menampung lebih dari satu juta imigran sepanjang tahun lalu, jauh lebih banyak dari negara lainnya di Eropa, ketika krisis imigran melanda Benua Biru ini tahun lalu. Insiden ini diperkirakan akan digunakan oleh kelompok sayap kanan Jerman yang anti-imigran untuk meluncurkan kecaman terhadap kebijakan Merkel.
Kelompok alternatif sayap kanan untuk Jerman (AFD) menilai Merkel harus menutup perbatas. AFD memimpin jajak pendapat karena meluncurkan kampanye anti-imigran.
"Nyonya Merkel, apakah Jerman cukup 'berwarna-warni dan kosmopolitan' bagi Anda, setelah gelombang kejahatan dan serangan seksual?" ujar Kepala AFD, Frauke Petry, melalui cuitannya di Twitter.
Sementara Merkel menegaskan serangan tersebut pantas mendapatkan respon yang keras.
"Semuanya harus dilakukan untuk menyelidiki mereka yang bertanggung jawab secepatnya dan secara menyeluruh sertar menghukum mereka, terlepas dari mana mereka berasal," kata Merkel, seperti yang disampaikan lewat juru bicaranya.
Sementara, serangan terjadi hampir setiap hari di tempat-tempat penampungan pengungsi di Jerman.
"Acara seperti itu di [depan] Cologne mendorong xenofobia," kata Roland Schaefer, kepala asosiasi Jerman untuk sejumlah kota dan daerah.
Setelah insiden ini, Wali kota Cologne, Reker menyatakan sejumlah langkah baru akan diterapkan untuk menghindari insiden ini terulang, termasuk meningkatan jumlah polisi di sejumlah acara besar dan memasang lebih banyak kamera keamanan.
Dia menekankan bahwa perempuan harus merasa aman saat menghadiri perayaan karnaval tradisional bulan depan, ketika kota Cologne ditutup selama lima hari untuk menggelar festival dan pesta, yang diperkirakan akan banyak dihadiri warga yang mabuk.
Reker sendiri pernah ditikam di leher dan terluka parah pada Oktober lalu, hanya sehari sebelum ia terpilih sebagai wali kota. Polisi mengatakan bahwa serangan itu tampaknya termotivasi oleh dukungan padanya untuk pengungsi.
(ama)